Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kota Semarang yang Pagi Hari Masih Ditemani Kabut

 

[Artikel 33#, kategori Semarang] Semenjak kemarau melanda Kota Semarang, pemandangan kabut (entah apakah itu asap) pagi hari selalu menutup pemandangan yang biasanya terlihat 5 gunung. Paling besar adalah gunung Ungaran. Sekarang jarak pandang itu terbatas. Sampai kapan ini akan berakhir?

Hari kedua di bulan November. Dinginnya udara pagi bak kemewahan yang sulit tertandingi apabila sudah masuk ke dalam kamar. Ibu Kota masih ditemani kemarau, meski sudah hujan beberapa kali.

Kabut

Saya sudah jarang bersepeda pagi hari. Perasaan malas yang saya takuti akhirnya menghampiri. Entah apa yang terjadi, kadang juga karena sudah tidak nyaman terutama pada lutut kaki. Rasanya semakin parah bila mengambil rute yang terlalu jauh.

Dengan bersepeda, saya sering melihat pemandangan apabila melewati jembatan Citarum. Atau sedang berada di rumah saat menyerup kopi pagi hari di lantai atas.

Sekarang, pemandangan itu tidak lagi terlihat. Semua tertutupi kabut putih. Rumah-rumah kecil yang bertumpuk atau pemandangan 5 gunung yang seolah mengelilingi Kota Semarang.

Saya merindukuan momen itu kembali. Keadaan sekarang seperti tamparan keras bahwa saya harus bersyukur dengan berbagai keadaan yang bisa saya nikmati. Karena kenikmatan itu sering kali tidak akan datang dua kali.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh