Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kota Semarang yang Pagi Hari Masih Ditemani Kabut

 

[Artikel 33#, kategori Semarang] Semenjak kemarau melanda Kota Semarang, pemandangan kabut (entah apakah itu asap) pagi hari selalu menutup pemandangan yang biasanya terlihat 5 gunung. Paling besar adalah gunung Ungaran. Sekarang jarak pandang itu terbatas. Sampai kapan ini akan berakhir?

Hari kedua di bulan November. Dinginnya udara pagi bak kemewahan yang sulit tertandingi apabila sudah masuk ke dalam kamar. Ibu Kota masih ditemani kemarau, meski sudah hujan beberapa kali.

Kabut

Saya sudah jarang bersepeda pagi hari. Perasaan malas yang saya takuti akhirnya menghampiri. Entah apa yang terjadi, kadang juga karena sudah tidak nyaman terutama pada lutut kaki. Rasanya semakin parah bila mengambil rute yang terlalu jauh.

Dengan bersepeda, saya sering melihat pemandangan apabila melewati jembatan Citarum. Atau sedang berada di rumah saat menyerup kopi pagi hari di lantai atas.

Sekarang, pemandangan itu tidak lagi terlihat. Semua tertutupi kabut putih. Rumah-rumah kecil yang bertumpuk atau pemandangan 5 gunung yang seolah mengelilingi Kota Semarang.

Saya merindukuan momen itu kembali. Keadaan sekarang seperti tamparan keras bahwa saya harus bersyukur dengan berbagai keadaan yang bisa saya nikmati. Karena kenikmatan itu sering kali tidak akan datang dua kali.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun