Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ada yang Harus Dibayar Untuk Mendapatkan Kebahagiaan

[Artikel 71#, kategori Pria Seksi] Orang di depan saya adalah teman kuliah yang bagi saya dia sudah sempurna. Punya pekerjaan, istri cantik, anak-anak dan dia datang ke sini menggunakan mobil. 360 derajat dengan saya yang masih tidak ada apa-apanya. Saya tahu kapasitas saya, ini bukan merendah. Namun...

Lama tidak berjumpa dengan teman lama. Sekali berjumpa, niatnya silaturahmi dan bicara bisnis, malah berakhir curhat. Mau gimana lagi, kenangan lama begitu berarti di umur sekarang. 

Ada yang harus dibayar

Saya mengenang kisah kami saat bertemu dengan beberapa wanita waktu dulu. Teman saya ini memang tampangnya lumayan, maka saat bertemu, ia yang minta temanin malah membuat saya dan rekan wanitanya double date.

Mending kalau teman si wanitanya sama-sama cakep. Ini malah saya dikasih yang di luar ekpetasi. Untungnya niat saya hanya untuk membantu. Sayang ia gagal mendapatkan kisah asmaranya waktu itu, padahal si wanitanya cakep menurut saya.

Sekarang, ia adalah suami sekaligus seorang ayah. Ia bercerita tentang bagaimana ia berkenalan dengan calon istrinya lewat perkenalan singkat. Ia dikenalkan oleh seseorang dan ia tak butuh lama untuk mengajaknya langsung menikah. Pacaran setelah resmi jadi pasangan.

Mendengar ceritanya seolah semesta mendukungnya. Istri yang berprofesi dokter, anak tunggal dan suksesnya menaklukkan calon mertuanya adalah cerita bahagianya.

Namun, kisahnya tak semulus jalan raya. Ada harga yang harus dibayar untuk kebahagiaan dan kesuksesannya. Istrinya sempat keguguran, dan bukan sekali. Kalau tidak salah dua kali. 

Sampai titik ini, saya terenyuh mendengarnya. Meski teman saya ini tak menampakkan wajah sedih, saya tahu betapa rapuhnya dia dari sorotan matanya. 

Entah, apakah ini pembelajaran kepada saya untuk lebih menghargai diri yang masih belum menikah atau peringatan untuk nanti kala saya akan jadi calon ayah. Perhatikan kondisi istrimu.

...

Saat saya berpikir belum sempurna karena belum menikah, saya diberikan tentang makna hidup yang sangat berarti. Menjadi sempurna memang tidak mudah, tapi semua orang berharap untuk itu (sempurna).

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh