Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Rumah Rame, Tapi Bukan Keluarga yang Datang

[Artikel 42#, kategori rumah] Awal bulan Juli, rumah tampak rame lagi meski pasangan si bungsu pergi (baca balik). Ini karena ada rekan-rekan si bungsu yang datang untuk menghadiri acara pernikahan di Kota Semarang.

Dua hari ini agak sibuk karena harus membersihkan kamar yang akan dipakai para tamu. Tidak masalah, sudah biasa melakukan ini.

Yang paling penting, semoga saja mereka bisa mengikuti aturan 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'.

Tamu memang raja, tapi mereka bukan pemilik rumah. Semoga mereka mengerti bahwa rumah ini bukan penginapan atau hotel yang memiliki layanan kebersihan.

Gambar : Ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh