Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Menjadi Ayah

[Artikel 40#, kategori rumah] Pria yang dulu terus berjuang menjadi manusia baik akhirnya bulan ini resmi menyandang berstatus sebagai Ayah. Kebahagiaannya yang tak dapat disembunyikan, ia bagikan ke grup WhatsApp. Dalam batin saya mengucapkan, Selamat ya! Akhirnya kamu jadi pria seutuhnya sekarang.

Menjadi anak terakhir yang akhirnya melepas masa lajang, padahal anak pertama, kebahagiannya sebagai pria sejati semakin lengkap dengan kedatangan buah hati. Apalagi bayi laki-laki.

Saya mencoba mencari artikel tentang rasanya menjadi ayah di blog ini dan menemukan beberapa. Bahkan salah satu tulisan saya, sudah membayangkan bagaimana rasanya menjadi Ayah.

Jika posisinya itu adalah saya, ketika ditanya pengennya bayi berjenis kelamin apa? Saya akan lantang menjawab inginnya perempuan. Entahlah, akhir-akhir ini membayangkan anak perempuan yang manis dan mengandalkan ayahnya jadi semacam ingin berusaha melindungi.

Mungkin efek banyak baca komik dan beberapa film saat sang Ayah punya kekuatan untuk melindungi anak perempuannya.

Selamat, sekali lagi

Pemilik rumah benar-benar melengkapi seluruh kebahagiaan keluarga besarnya. Dua adiknya malah sudah lebih dulu memiliki anak. Sempurna sekali keluarga mereka.

Saya jadi iri dan kapan saya mengalaminya. Dari sini saya belajar bahwa orang tua yang baik, dapat menjaga segalanya untuk ikut baik. Terutama, anak-anak mereka yang sekarang akhirnya juga menjadi orang tua.

Orang tua saya juga sangat baik, namun baik di sini bukan tentang sikap atau keramahan. Tapi dukungan, bantuan, dorongan dan kerja keras yang luar biasa. 

Andai saya diberi kesempatan kedua dalam hidup, saya ingin membawa keluarga saya juga lebih baik lagi. Entah itu saya yang jadi orang tua atau saya yang kembali menjadi anak-anak orang tua saya.

Selamat datang di klub, para Ayah!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh