Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Menjadi Ayah

[Artikel 40#, kategori rumah] Pria yang dulu terus berjuang menjadi manusia baik akhirnya bulan ini resmi menyandang berstatus sebagai Ayah. Kebahagiaannya yang tak dapat disembunyikan, ia bagikan ke grup WhatsApp. Dalam batin saya mengucapkan, Selamat ya! Akhirnya kamu jadi pria seutuhnya sekarang.

Menjadi anak terakhir yang akhirnya melepas masa lajang, padahal anak pertama, kebahagiannya sebagai pria sejati semakin lengkap dengan kedatangan buah hati. Apalagi bayi laki-laki.

Saya mencoba mencari artikel tentang rasanya menjadi ayah di blog ini dan menemukan beberapa. Bahkan salah satu tulisan saya, sudah membayangkan bagaimana rasanya menjadi Ayah.

Jika posisinya itu adalah saya, ketika ditanya pengennya bayi berjenis kelamin apa? Saya akan lantang menjawab inginnya perempuan. Entahlah, akhir-akhir ini membayangkan anak perempuan yang manis dan mengandalkan ayahnya jadi semacam ingin berusaha melindungi.

Mungkin efek banyak baca komik dan beberapa film saat sang Ayah punya kekuatan untuk melindungi anak perempuannya.

Selamat, sekali lagi

Pemilik rumah benar-benar melengkapi seluruh kebahagiaan keluarga besarnya. Dua adiknya malah sudah lebih dulu memiliki anak. Sempurna sekali keluarga mereka.

Saya jadi iri dan kapan saya mengalaminya. Dari sini saya belajar bahwa orang tua yang baik, dapat menjaga segalanya untuk ikut baik. Terutama, anak-anak mereka yang sekarang akhirnya juga menjadi orang tua.

Orang tua saya juga sangat baik, namun baik di sini bukan tentang sikap atau keramahan. Tapi dukungan, bantuan, dorongan dan kerja keras yang luar biasa. 

Andai saya diberi kesempatan kedua dalam hidup, saya ingin membawa keluarga saya juga lebih baik lagi. Entah itu saya yang jadi orang tua atau saya yang kembali menjadi anak-anak orang tua saya.

Selamat datang di klub, para Ayah!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh