Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Menjadi Ayah

[Artikel 40#, kategori rumah] Pria yang dulu terus berjuang menjadi manusia baik akhirnya bulan ini resmi menyandang berstatus sebagai Ayah. Kebahagiaannya yang tak dapat disembunyikan, ia bagikan ke grup WhatsApp. Dalam batin saya mengucapkan, Selamat ya! Akhirnya kamu jadi pria seutuhnya sekarang.

Menjadi anak terakhir yang akhirnya melepas masa lajang, padahal anak pertama, kebahagiannya sebagai pria sejati semakin lengkap dengan kedatangan buah hati. Apalagi bayi laki-laki.

Saya mencoba mencari artikel tentang rasanya menjadi ayah di blog ini dan menemukan beberapa. Bahkan salah satu tulisan saya, sudah membayangkan bagaimana rasanya menjadi Ayah.

Jika posisinya itu adalah saya, ketika ditanya pengennya bayi berjenis kelamin apa? Saya akan lantang menjawab inginnya perempuan. Entahlah, akhir-akhir ini membayangkan anak perempuan yang manis dan mengandalkan ayahnya jadi semacam ingin berusaha melindungi.

Mungkin efek banyak baca komik dan beberapa film saat sang Ayah punya kekuatan untuk melindungi anak perempuannya.

Selamat, sekali lagi

Pemilik rumah benar-benar melengkapi seluruh kebahagiaan keluarga besarnya. Dua adiknya malah sudah lebih dulu memiliki anak. Sempurna sekali keluarga mereka.

Saya jadi iri dan kapan saya mengalaminya. Dari sini saya belajar bahwa orang tua yang baik, dapat menjaga segalanya untuk ikut baik. Terutama, anak-anak mereka yang sekarang akhirnya juga menjadi orang tua.

Orang tua saya juga sangat baik, namun baik di sini bukan tentang sikap atau keramahan. Tapi dukungan, bantuan, dorongan dan kerja keras yang luar biasa. 

Andai saya diberi kesempatan kedua dalam hidup, saya ingin membawa keluarga saya juga lebih baik lagi. Entah itu saya yang jadi orang tua atau saya yang kembali menjadi anak-anak orang tua saya.

Selamat datang di klub, para Ayah!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya