Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pria Muda, Kamu Harus Bekerja Keras Agar Punya Banyak Uang

[Artikel 76#, kategori motivasi] Saya terlibat obrolan ringan dengan rekan futsal saya yang masih berusias 24 tahun. Orangnya kalau main futsal terbilang hebat. Punya motivasi hidup dan ia sedang berusaha untuk menjalani hidup lebih baik lagi.

Selasa malam (16/1), saat saya sedang mempersiapkan diri memakai peralatan futsal, saya mengajak ngobrol dengan rekan sesama futsal. Suasananya juga masih sepi, sepertinya kami kecepatan datang.

Uang adalah segalanya

Sebagai pria yang sudah melewati usia 20-an dan sekarang menikmati usia 30-an, uang adalah segalanya menurut saya. Apalagi kita bukan dari kalangan keluarga kaya yang mampu menopang saat kita sedang butuh.

Di blog ini, saya sudah beberapa kali menuliskan betapa pentingnya uang. Memang uang bukan segalanya, tapi dengan memiliki uang, kita lebih berguna dan menjadi kuat.

Saya tahu rekan saya ini tidak perlu dimotivasi lagi karena semangatnya yang saya juga kagumi. Hanya saja saya ingin membagikan hal yang hanya dirasakan pria seperti saya yang berusia 30-an. Apalagi kami memiliki latar belakang sama, tidak didukung kemampuan finansial keluarga yang besar.

Tahun 2024, cari kerja

Jika memiliki kesempatan untuk bisa memutar waktu ke belakang, mungkin saya akan memilih mencari kerja yang punya gaji bulanan ketimbang menjadi bloger.

Di usia 30-an, saya tidak bisa mengandalkan blog sebagai tujuan hidup. Rekan saya ternyata akhir tahun kemarin sudah keluar dari pekerjaannya. Dan sekarang masih sedang menunggu panggilan usai melamar di beberapa tempat.

Niatnya ingin bekerja memang sangat kuat. Ditambah latar belakangnya yang semakin memotivasinya. Saya ingin menghiburnya dengan pilihan mengapa tidak menjadi pengusaha atau pembuat konten yang sedang ramai seperti sekarang.

Sayangnya, karakteristik generasi Z yang pernah saya rasakan dari adik bungsu saya ternyata sama. Jawabannya hanya sederhana 'tidak punya modal'. Mendengar itu, saya langsung berhenti.

Apalagi suasana lapangan juga sudah ramai oleh rekan-rekan lain. Sangat sulit untuk melihat perbedaan anak generasi Z memang. Mungkin karena belum tahu caranya saja dan tidak ada yang mengarahkannya saja. 

Mari bermain futsal saja.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh