Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Malam Mingguan di Bandara Semarang

[Artikel 64#, kategori rumah] Kali ini tidak seperti malam minggu lainnya yang biasanya dihabiskan di dalam kamar saja. Ada orang rumah yang kembali pulang usai awal tahun sempat pulang kota Samarinda. Saya senang bisa ke bandara lagi pikir saya, namun malah niatnya kalah!

Istri si bungsu kembali bersama putri cantiknya. Lumayan 2 minggu tanpa mereka di rumah, suasana sepi membuat perasaan saya nyaman. Tidak perlu khawatir tentang apa pun di rumah, saya bisa melanjutkan kesenangan saya akhirnya. Yaitu, malas-malasan.

Malam minggu di bandara

Saya tiba di bandara lebih awal, Sabtu sore (20/1). Jika sesuai jadwal yang tertera di tiket, keduanya akan tiba di Kota Semarang pukul 7 malam. Lumayan nunggu 2 jam di sini.

Tentu, saya punya alasan sendiri kenapa begitu cepat datangnya. Jika tidak ada momen jemput begini, mungkin saya tidak akan ke bandara. Jadi, sekali dayung dua pulau terlampaui. Maksudnya kenapa nggak sekalian saya cari bahan buat tulisan atau konten.

Suasana bandara dari sore hingga malam cukup ramai. Tiap kedatangan, pasti suara orang-orang seperti sedang berada di pasar. Ada yang jemput sendiri, ramai-ramai hingga satu rombongan lengkap. Saya? Sendiri saja.

Niat mengambil konten mendadak sirna karena mood saya berubah. Padahal dari rumah sangat niat sekali akan begini dan begitu. Entahlah kenapa, saya juga bingung.

Untunglah ada momen kecil yang membuat akhirnya saya keluar dari mobil. Ah, itu saya kebelet ingin pergi ke kamar mandi. Lumayan dapat beberapa foto dan masuk ke salah satu gerai oleh-oleh saat berada di dalam ruangan gedung bandara.

Saya jadi ingat sebuah postingan di X tentang pertanyaan di mana malam mingguan yang rekomendasi di Kota Semarang. Karena kebenaran saya ada di bandara, saya jawab 'bandara'.

Kapan lagi bisa kencan anti mainstream. Kencan di bandara bukan saja unik dan seru. Tapi juga berbeda dari biasanya. Toh, kalau lapar ada tempat makannya. Kalau ingin ngopi, ada juga. Mau lihat pemandangan, juga ada. Lihat langit begitu luas dengan atribut pesawat jika kelihatan. Menyenangkan rasanya.

Tidak terasa waktu berjalan cepat juga. Mereka akhirnya tiba juga. Sepertinya selesai menikmati malam minggu di bandara Semarang. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh