Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Malam Mingguan di Bandara Semarang

[Artikel 64#, kategori rumah] Kali ini tidak seperti malam minggu lainnya yang biasanya dihabiskan di dalam kamar saja. Ada orang rumah yang kembali pulang usai awal tahun sempat pulang kota Samarinda. Saya senang bisa ke bandara lagi pikir saya, namun malah niatnya kalah!

Istri si bungsu kembali bersama putri cantiknya. Lumayan 2 minggu tanpa mereka di rumah, suasana sepi membuat perasaan saya nyaman. Tidak perlu khawatir tentang apa pun di rumah, saya bisa melanjutkan kesenangan saya akhirnya. Yaitu, malas-malasan.

Malam minggu di bandara

Saya tiba di bandara lebih awal, Sabtu sore (20/1). Jika sesuai jadwal yang tertera di tiket, keduanya akan tiba di Kota Semarang pukul 7 malam. Lumayan nunggu 2 jam di sini.

Tentu, saya punya alasan sendiri kenapa begitu cepat datangnya. Jika tidak ada momen jemput begini, mungkin saya tidak akan ke bandara. Jadi, sekali dayung dua pulau terlampaui. Maksudnya kenapa nggak sekalian saya cari bahan buat tulisan atau konten.

Suasana bandara dari sore hingga malam cukup ramai. Tiap kedatangan, pasti suara orang-orang seperti sedang berada di pasar. Ada yang jemput sendiri, ramai-ramai hingga satu rombongan lengkap. Saya? Sendiri saja.

Niat mengambil konten mendadak sirna karena mood saya berubah. Padahal dari rumah sangat niat sekali akan begini dan begitu. Entahlah kenapa, saya juga bingung.

Untunglah ada momen kecil yang membuat akhirnya saya keluar dari mobil. Ah, itu saya kebelet ingin pergi ke kamar mandi. Lumayan dapat beberapa foto dan masuk ke salah satu gerai oleh-oleh saat berada di dalam ruangan gedung bandara.

Saya jadi ingat sebuah postingan di X tentang pertanyaan di mana malam mingguan yang rekomendasi di Kota Semarang. Karena kebenaran saya ada di bandara, saya jawab 'bandara'.

Kapan lagi bisa kencan anti mainstream. Kencan di bandara bukan saja unik dan seru. Tapi juga berbeda dari biasanya. Toh, kalau lapar ada tempat makannya. Kalau ingin ngopi, ada juga. Mau lihat pemandangan, juga ada. Lihat langit begitu luas dengan atribut pesawat jika kelihatan. Menyenangkan rasanya.

Tidak terasa waktu berjalan cepat juga. Mereka akhirnya tiba juga. Sepertinya selesai menikmati malam minggu di bandara Semarang. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile