Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Resolusi 2024 : MU Ganti Pelatih

[Artikel 129#, kategori MU] Saya rasa sudah cukup bersabar dengan kepemimpinan Erik ten Hag. Ia memang bagus sebagai pelatih, tapi ini Manchester United. Klub yang tidak sedang berproses seperti jamannya Alex Ferguson. Tapi klub yang sangat besar. Selain itu, ETH punya banyak dosa besar yang tidak akan dimaafkan oleh sebagian besar penggemar.

Lucu juga menulis resolusi tahun ini. Apalagi tentang MU. Nama besarnya benar-benar tenggelam. Tak ada lagi rasa hormat dari penggemar atau bahkan lawan. Seakan MU sudah tidak betaring lagi untuk menguasai Eropa. Eh, jangankan Eropa. Liga saja masih terseok-seok.

Pecat ETH

Jujur, saya memiliki dendam tersendiri terhadapnya. Memang dari sisi manajer (pelatih), beliau ini bukan kaleng-kaleng. Namun untuk personal dalam mengatur pemain, ia sangat buruk.

Kepergian Ronaldo hingga De Gea adalah titik awal ketidaksukaan kepadanya. Awalnya mungkin ia berhak karena tugasnya dan juga posisi Ronaldo yang sudah berumur. 

Seiring waktu, performa tim ternyata sama saja dan bahkan jeblok. Keputusan yang salah yang ia ambil karena kurangnya sabar. Entah kenapa orang-orang disekitarnya tidak ada yang mengatakan untuk tidak terburu-buru ambil keputusan.

Apapun hasilnya nanti, kompetisi selesai, saya harap resolusi saya bisa tercapai. MU punya pelatih baru. Keluarkan Erik, mengapa harus mempertahankan disaat dulu Mourinho yang memberi banyak piala juga dipecat.

Saya mencintai klub ini semenjak saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Era keemasan David Beckham hingga Cristiano Ronaldo begitu indah. Saya menginginkannya memori itu kembali.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile