Catatan
Mahalnya Biaya Kematian
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
[Artikel 75#, kategori motivasi] Andai tahu situasinya begini, saya akan berusaha menabung sejak dini. Tidak masalah dimulai dari seribu sehari, apalagi saya membayangkan diri saya adalah anak SD. Bila dihitung waktu ke masa depan (saya yang sekarang), bukannya saya punya puluhan juta. Mungkin saya tidak akan pusing mikirin uang hari ini.
Bukan saja terpukul dengan kehilangan orang yang saya cintai, tapi juga dihadapkan dengan dilema dan kenyataan tentang biaya setelahnya.
Tidak berguna
Benar kata guru SD saya bahwa menabung itu sangat penting di usia muda. Sayangnya guru SD yang bicara tentang itu tidak pernah memberi gambaran kepada saya tentang bagaimana uang itu berguna di masa depan.
Yang saya tahu, semakin uang disimpan, saya punya banyak uang yang kemudian bisa digunakan saat tertentu. Bukan 10 tahun kemudian atau saat saya menginjak usia 30-an.
Jujur, saya sangat gagal menjadi kakak buat adik-adik saya. Sebagai anak pun mungkin, tapi entah apakah ucapan mereka (orang tua) waktu marah kepada saya saat muda dulu adalah doa yang membuat saya gagal menjadi anak terbaik mereka. Menghela nafas.
Setelah tiba di rumah orang tua saya, pria yang paling menyedihkan (ayah) datang kepada saya untuk berdiskusi soal biaya yang akan digunakan. Kami tinggal di kampung yang punya tradisi kuat setelah ditinggalkan orang yang kami cintai.
Ada selamatan dari hari kedua hingga ketujuh. Di situ saya mulai bingung karena Ayah saya juga bingung bagaimana menutupi biayanya. Mungkin akan hutang lagi kepada orang lain.
Tabungan yang tidak seberapa yang selama ini saya kumpulkan akhirnya saya berikan semua. Ada pun sisa hanya untuk kembali ke Semarang, khususnya biaya transportasi. Pulang ke Semarang rasanya saya tidak ada uang sepeserpun.
Betapa tidak bergunanya saya saat itu. Saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah benar tujuan yang saya jalani ini tidak salah jalan? Pekerjaan saya yang sudah belasan tahun tidak berguna.
Menabunglah, kawan!
Saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa atau keadaan saya yang begitu terpuruk sebagai pria dengan usia 30-an. Ini resiko yang saya ambil karena tidak pernah melihat masa depan dengan baik dan bijaksana.
Dalam perjalanan pulang dengan kereta api, saya membayangkan tentang mengulang waktu andai bisa. Bila ada kesempatan kedua seperti cerita di komik-komik, hal pertama yang saya ingin lakukan adalah menabung.
Saya ingin menyimpan uang saya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Tidak perlu banyak, tapi 20 tahun kemudian, saya akan berada pada situasi yang tidak seperti sekarang.
Dengarkan saya bila kamu tidak sengaja membaca tulisan ini. Ambil inspirasi dan motivasi dari masalah saya ini. Dan jangan jadi seperti saya yang tidak berguna sebagai manusia.
Menabunglah, kawan! Kita tidak tahu bagaimana masa depan, tapi dengan persiapan sejak dini, masa depan tidak perlu dikhawatirkan.
Seperti pepatah yang katakan
— Asmari (@ASMARIE_) August 24, 2022
Puaslah dengan apapun yang kau miliki disaat miskin, dan bagi dengan yang lainnya saat kau kaya.#kom1k
Jadilah orang kaya dengan harta berlimpah untuk tujuan menjadi manusia yang berguna. Saya tidak ingin kamu juga berada pada situasi yang sama seperti saya. Hanya menyesal tidak berguna karna tidak bisa apa-apa, khususnya uang.
Andai saja,
Andai saja,
Waktu bisa diulang kembali.
Artikel terkait :
- Hujan Turun Mendadak
- Ada Hikmah Dibalik Ketidaksabaran
- Resolusi Tahun 2022 : Sehat Selalu
- Kekhawatiran Tentang Uang dan Keluarga
- Lainnya
Komentar
Posting Komentar