Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kapan Kamu Menikah?

[Artikel 2#, kategori Pria 36 tahun] Saya tidak mengelak apa yang mereka katakan tentang saya. Baik itu saran maupun kritik. Rasanya tak elok, apalagi mereka adalah orang dewasa yang dari segi umurnya sudah terpaut jauh dan juga pengalaman hidup yang dijalani sangat berbeda dengan era sekarang.

Seperti yang dikhawatirkan ketika kita bertemu dengan keluarga, pertanyaan kapan menikah selalu membuat menderita. Apalagi untuk orang-orang yang sudah berumur seperti saya. Yah, tahun ini umur saya sudah 36 tahun. Wajar ada banyak kekhawatiran di sekitar.

Dunia udah berbeda, tapi kenapa dianggap sama

Saya sedang tidak di Kota Semarang karena sedang berkabung. Bertemu banyak orang dari yang mengaku keluarga hingga kerabat dekat. Sontak, saya tidak tahu apa-apa. Siapa mereka dan kenapa wajahnya sangat asing.

Begitulah hari-hari yang saya jalani di rumah (kampung). Mereka mungkin mengenal saya dari orang tua saya. Sedangkan saya yang jarang pulang, melihat mereka seperti orang yang baru bertemu.

Namun entah kapan kami dianggap sangat dekat ketika ucapan mereka begitu menohok 'kapan kamu kawin'? Apakah saya bereaksi seperti drama-drama di TV?

Tidak, saya hanya diam. Berargumen dengan mereka hanyalah sikap sia-sia belaka dan bisa-bisa dianggap tidak menghormati.

Ada salah satu yang mengaku keluarga dan bercerita tentang dirinya yang sudah memiliki cucu berusia 24 tahun sekarang ini. Beliau dengan bangga mengatakan saat ia menikah, ia berusia 19 tahun. Dan istrinya 13 tahun.

Antara dongkol atau bangga bisa mendapatkan daun muda, namun itu wajar saat dunia masih melihat perkawinan di bawah umur sudah lumrah di kampung-kampung. Pantes, anak-anaknya banyak dan malah punya cucu banyak. 

Seolah kesuksesannya adalah harga mutlak yang bisa disematkan kepada setiap orang. Saya menghormatinya, makanya saya diam.

Namun di dalam hati, pikiran saya bergejolak untuk mengatakan realitas kehidupan sekarang. Ini sudah berbeda, apalagi tinggal di Kota.

Menikah buat mereka seolah hal biasa, namun bagi saya itu adalah luar biasa. Ada banyak wanita yang hinggap pada diri saya, namun semuanya tidak bisa saya tangkap karena pemikiran modern mereka (wanita) yang juga berbeda.

Saya juga inginnya segera menikah dan punya anak. Hanya saja, untuk berterus terang tentang jati diri kepada mereka (wanita), dibutuhkan kekuatan. Kekuatan berupa harta, mental dan kebenaran tentang siapa saya dan bagaimana keluarga saya saat ini. Jujur, saya bukan orang kaya. Maukah menerima.

Jangankan mau memberitahukan kepada dia (calon istri) bagaimana kondisi saya, baru menjalani hubungan saja sudah minta putus. Sikap berani, setia dan melakukan apa saja (pengorbanan), tidak berarti bagi wanita.

Dilema memang saat sudah berani akan bicara, mereka (wanita) memilih pergi. Dari alasan sederhana hingga yang tak masuk akal dan pada akhirnya rasa trauma membuat saya ingin berhenti mengejar.

Wanita, apakah mereka trauma dan merasa tersakiti? Tidak, mantan saya sudah pada menikah. Ada juga yang sudah berganti pacar lebih sekali dalam setahun. Ada yang punya anak dan ada yang memiliki rencana masa depan dalam berbisnis.

Saya? Terkungkung dalam peradaban dan rasa rendah diri karena ditinggalkan. Inginnya berjuang sampai berdarah-darah dan berkonflik dengan keluarga si wanita. Tapi, nilai saya sudah jatuh sebelum sampai garis tersebut (serius menikah).

...

Jadi, jika ada pertanyaan menikah di usia saya sekarang ini, mungkin saya hanya akan menjawab ayo kapan. Asal ada wanitanya dan sudah mendengarkan proposal saya untuk tetap bersedia maju, saya akan menikah.

Tolong pegang tangan saya dan tarik saya dari dasar kegelapan karena sikap mereka yang pergi begitu saja. Mereka baik dan terlihat mirip malaikat, tapi lupa siapa yang pernah menemani mereka dan bercerita tentang suka dan duka.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh