Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Butuh 2 Tahun Untuk Mengenal Karakter Seseorang

[Artikel 77#, kategori motivasi] Untuk benar-benar tahu karakter seseorang yang kita kenal baik, seperti teman, pacar, kerabat baru atau pasangan, waktu yang dibutuhkan adalah 2 tahun. Jika lebih dari itu, selamat sudah melewati fase perkenalan tersebut.

Informasi ini saya dapatkan dari rekan futsal. Kami sedang berbincang sebelum bermain. Entah kenapa arah obrolannya sedikit berat ketika saya menyinggung dirinya yang akhirnya resmi bertunangan.

2 tahun

Mungkin kita pernah pertama kali bertemu seseorang yang sifatnya begitu baik dan peduli. Ditambah parasnya yang cakep, apalagi ia seorang wanita yang dari ujung kaki hingga kepala terlihat bak malaikat.

Saya pernah mengalami ini pertama kalinya saat awal tinggal di Kota Semarang. Umurnya lebih dewasa dan ia adalah tuan rumah di mana kelak saya akan tinggal.

Saya yang masih begitu polos, menerimanya dengan suka cita. Seiring waktu, orang yang saya kagumi dan hormati tersebut berubah drastis setelah beberapa tahun tinggal.

Ia bukan lagi orang yang saya kenal yang memiliki sikap baik hati dan peduli. Parasnya rupanya menutupi kebusukan hatinya yang selama ini saya kagumi. Beberapa kali konflik, saya sadar bahwa saya hanya numpang di tempatnya. 

Hingga sekarang, saya tidak menyukainya dan tidak memaafkan atas apa yang ia perlakukan. Bahkan setelah tidak pernah bertemu dan ia sangat bahagia, saya masih menganggapnya ia adalah bentuk sempurna dari kejahatan yang membuat saya menderita.

Pengalaman masa lalu tersebut saya sedikit singgung dengan obrolan kami. Lantas, rekan futsal saya pun mengatakan memang seperti itulah kenyataannya.

Dirinya bahkan meski sudah lama berhubungan dengan pasangannya, usai nikah nanti, ia ingin tinggal di rumah sendiri selama 2 tahun dulu. Mengontrak rumah atau kos apabila dananya belum ada.

Karena meski sudah saling mengenal, hubungan setelah menikah pasti berbeda. Sifat-sifat yang tertutupi dan karakter yang tidak diketahui akan terbuka saat tinggal dalam satu atap. Di sinilah, tahapnya. 

Dejavu

Saya baru menyadarinya usai mendengar rekan futsal memberitahu fase 2 tahun tersebut. Sama seperti fase bisnis di Kota Semarang atau komunitas yang butuh waktu 3 tahun. Bila sukses melewati, maka kehidupannya akan berjalan mulus.

Saya merasa dejavu dengan keadaan sekarang di rumah semenjak datang pasangan si pemilik rumah. Lagi-lagi saya teralihkan dengan paras cantik dan sifat baik yang ditunjukkan.

Sudah 2 tahun ia tinggal di rumah. Kekhawatiran yang awalnya tidak terlihat, baru terjadi beberapa bulan belakangan ini. Sampai-sampai saya ingin mempercepat target keluar dari rumah ini yang awalnya butuh 2 tahun lagi, mendadak ingin segera pergi.

Di usia 30-an, saya menginginkan suasana sepi dan tidak diganggu sesuatu yang membuat khawatir. Namun yang terjadi sebaliknya, saya merasa sangat khawatir. 

Ternyata ini adalah fase orang baru yang saya kenal sudah menginjak usia 2 tahun. Karakter aslinya mendadak keluar. Sifat-sifat baiknya berubah drastis. Saya benar-benar mengalami dejavu seperti awal tinggal di Kota Semarang.

...

Tidak ada yang sempurna manusia hidup di dunia ini. Wajar kita akan bereaksi sempurna di awal perkenalan. Namun seiring waktu, orang yang kita kenal seperti sangat baik, hati malaikat dan perasaan saling mendukung akan berubah drastis.

Orang-orang yang belum siap menerima kebalikannya, akan merasa terintimidasi dan marah. Seakan tertipu dengan kenyataan bahwa hidup emang keras.

Hanya saja seperti akhiran sebuah cerita film. Jika mampu bertahan lebih dari fase 2 tahun, kita akan mengalami perasaan yang sangat baik karena sudah saling mengerti satu sama lain.

Saya harap semua baik-baik saja. Anggap saja apa yang kami obrolan ini sebagai pengingat saja. Apa yang kamu lihat, belum tentu benar. Dan sebaliknya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh