Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Makan Daging Kurban Lagi

[Artikel 16#, kategori Lebaran] Tidak menyangka daging kurban kembali menghampiri saat sore hari masih di momen hari lebaran (17/6). Saya dan si bungsu yang akan mencari makan mendadak didatangi security rumah yang memberikan daging kurban. Wah, senang sekali.

Ini adalah kali keduanya saya menerima potongan daging kurban yang sebelumnya saya terima pada tahun 2020. Sebenarnya ada beberapa kali, hanya saja yang saya terima secara pribadi baru 2 kali.

Seminggu full daging

Saya semakin yakin dibalik penderitaan pasti ada kebahagiaan. Saya yang sedang mode berhemat tahun ini karena pemasukan yang seret, mendadak bisa makan daging selama seminggu. 

Tentu saja, saya tidak bisa memaksimalkan potensi dagingnya karena keterbatasan kemampuan memasak. Jadinya saya hanya memasaknya secara manual dengan cara sederhana.

Setelah dipotong-potong menjadi bagian kecil usai dagingnya dibersihin, langkah berikutnya memanaskan alat memasak yang sudah diberi minyak. Karena alatnya bagian atasnya tidak lengket, saya kasih minyak goreng seadanya dengan menyebarkan ke seluruh bagian pancinya.

Setelah dirasa panas, baru deh satu persatu dimasukkan dagingnya. Seperti cara membakar daging ala-ala BBQ. Hanya beda caranya yang sangat sederhana. Haha.. saya tahu apa yang kamu pikirkan.

Cara memasak ini saya lakukan selama seminggu. Sarapan dan makan siang, semuanya serba daging. Itu luar biasa nikmatnya. Meski sempat ada sakit perut juga sih, untung bisa diatasi dengan kesigapan.

Campur kecap

Saya mungkin sudah disisihkan oleh para wanita yang ingin mencari calon suami yang bisa memasak. Kemampuan ala kadarnya ini memang tidak menarik, tapi saya tak memikirkan itu. Yang penting perut saya terisi dan saya kenyang.

Sebelum daging kurban datang, makan hari-hari saya sangat sederhana. Hanya makan tempe dan timun hari-hari begitu membosankan. Makanya saya sangat bahagia dengan datangnya daging kurban ini.

Setelah daging terbakar dengan baik, saya memakannya dengan nasi dan kecap manis. Kebenaran ada sisa sambel yang dapat dicampur dengan kecap. Lalu, diulek sedikit dan jadilah bumbu kecap pedas.

Sumpah, itu nikmat sekali. Apalagi semingguan makan daging. Meski saya tidak enak juga sama si bungsu saat menerima daging, ada dia juga. Sayang karena kesibukannya, ia jarang di rumah.

Mau menghidangkan buatnya pun, mungkin beliau tidak mau. Mana ada cara masak begini yang bisa dinikmati orang lain selain diri sendiri. Maafkan saya yang telah menghabiskan semua dagingnya.

...

Selalu ada hikmah dari apa yang terjadi hari ini. Semenderita apa pun, tetaplah sabar dan tegar. Karena tidak kita duga, esok harinya ada momen kebahagiaan yang akan kita terima.

Saya yakin sekali dengan itu. Percaya saja dan teruslah berjuang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat