Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Wanita Sang Penguasa Dapur

[Artikel 44#, kategori wanita] Di dalam dapur, tidak boleh ada 2 penguasa. Khususnya wanita. Makanya tidak heran, diantara menantu dan mertua, pasti ada yang saling mengalah. Jika tetap bersama, entahlah saya tidak tahu haha.

Istilah ini baru saja saya temukan saat rumah kedatangan pemilik utamanya (ortu) bulan April kemarin. Ada pemandangan yang terasa janggal karena saya pikir mereka terlihat sangat akrab apabila sedang bersama.

Ternyata saat di dapur, mereka malah tidak bersama. Jika bersama pun, ada momen-momen tertentu. Saya pikir mereka memiliki konflik, ternyata istilah sang penguasa barus saya sadari di sini.

Tidak boleh ada 2 penguasa

Apakah ini kodratnya? Saya tidak tahu. Saya belum mencari istilah ini dan apakah berhubungan langsung dengan situasi yang saya alami. Namun dari sudut pandang saya, memang tidak boleh ada 2 penguasa di dalam dapur.

Lupakan dengan pandangan menantu berbakti atau mertua yang peduli. Dapur ibarat medan perang yang membutuhkan kekuatan dan hal-hal tidak masuk akal.

Apabila dipaksakan, akan terjadi chaos. Saya tidak ingin menggambarkan seperti apa itu. Yang pasti yang saya alami, mungkin tidak terjadi pada orang lain.

Maka sangat penting saat pria menikah, ia harus memiliki rumah sendiri. Atau setidaknya, pergi dari rumah untuk menetap bersama sang istri yang dicintai.

Alasannya, yaitu tidak boleh ada 2 pemimpin di dalam dapur. Semua hal akan terjadi di sana apabila mereka bertemu. Bayangan kemesraan atau berbakti tidak akan terjadi.

Jika memang harus tetap tinggal satu atap, pekerjaan asisten rumah tangga. Itu adalah solusi yang saya lihat meski itu akan ditolak mentah-mentah apabila ingin menghemat pengeluaran.

...

Sebagai orang yang belum menikah dan berada pada situasi sebagai pengamat, pikiran saya awalnya ternyata salah. Keduanya, menantu dan mertua alasan mereka tidak bersama di dalam dapur bukan karena saling tidak suka.

Melainkan sifat alami yang ditunjukkan setiap wanita di muka bumi ini. Jika dipaksakan, maka akan terselut sumbu konflik yang awalnya kecil kemudian perlahan menjadi besar. 

Tidak semua wanita mengalaminya memang, ini hanya sebagian saja. Maafkan apabila saya salah memaknai sudut pandang ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh