Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Umur 30-an, Suara Dering Telepon Terdengar Horor

[Artikel 8#, kategori 37 tahun] Nggak pernah kebayang di umur sekarang tiap mendegar dering telepon, khususnya malam hari, terasa menakutkan. Padahal dulu nggak begini. Apalagi bila sedang jatuh cinta. Sebuah siklus yang tentu ada sebab akibatnya. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?

Dalam 2-3 tahun terakhir, dering hape saya yang biasanya senyap mendadak berat untuk diangkat. Jika urusannya dengan pasangan sih, itu jadi kabar baik. Namun bila urusannya sama keluarga yang mendadak nelpon??

Berita duka

Saya jadi trauma sekarang. Penyebabnya dering telepon yang terdengar tersebut memberi kabar duka. Apakah lagi semenjak Almarhumah Ibu saya meninggal. Saya masih ingat betul bagaimana saya yang terlelap tidur mendadak dikagetkan kabar beliau.

Sebelum meninggal 2 tahun lalu, saya dikabarin jika beliau masuk rumah sakit. Padahal tak ada angin, maksudnya dikabarin sakit, kok tiba-tiba sudah masuk rumah sakit. Jika sudah masuk sana, tentu itu adalah kabar buruk.

Sekarang kekhawatiran tersebut tidak mudah hilang. Apalagi masih ada Bapak dan 2 adek yang bermasalah. Untuk si bapak, kesehatannya paling penting. Semoga saja, beliau panjang umur.

Sedangkan adek-adek saya, entahlah. Saya bingung dengan keluarga ini. Sudah tahu kami miskin, kenapa berulah coba. Andai saja saya bisa mengulang waktu, saya ingin mengubah nasib keluarga ini.

Suara dering yang horor

Di umur 30-an, pikiran seseorang memang lebih terasa mendalam. Apalagi sedang menghadapi sesuatu yang dianggap beban. Itu terasa sekali ketimbang saat berumur 20-an yang seakan begitu ringan.

Apakah karena informasi yang dibawa dibalik suara dering yang berunyi? Atau memang sudah fasenya menganggap itu adalah masalah. Hal-hal sederhana seakan terasa beban jika memasuki usia 30-an.

Saya pikir sudah berjuang dengan keras. Berusaha menjalani hidup lebih tenang dan konsisten demi masa depan yang cerah.

Namun saya lupa jika perjalanan yang saya jalani masih ada orang-orang di belakang. Seakan memanjat gunung tertinggi, lalu dikabarin disuruh pulang. Lalu, diberi pilihan. Tetap berjuang atau turun dan pulang. Keluarga menanti dan itu sedang sekarat.

Masalahnya sebentar lagi sampai puncak dan jika kembali, maksudnya pulang, biaya perjalanannya sudah dihabiskan menuju puncak tersebut. Alias ingin pulang tapi nggak punya uang juga. Dilema kan!??

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya