Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Jatuh Cinta Di atas 30 Tahun Itu Melelahkan ?

[Artikel 6#, kategori 37 tahun] Terinspirasi dari X atau Twitter, ada sebuah postingan utas yang menyebutkan lelahnya jatuh cinta di umur 30 tahun ke atas. Sangat capek katanya karena harus memulai dari awal lagi dan ngomongin yang sama terus. Saya seperti sedang berada diposisi itu sekarang.

Saya menyimak utas yang dibagikan meski ujung-ujungnya membahas sebuah film. Saya tidak perlu ceritakan tuh film meski film Indonesia yang sedang tayang hingga tulisan di halaman ini terbit.

Harapan yang tidak sesuai

Saya mengalami 2 kali jatuh cinta yang luar biasa di umur 30 tahun ke atas. Sayangnya, dua kali juga harus pupus meski sudah berjuang hingga ujung batas.

Yang pertama, saya benar-benar totalitas saat jatuh cinta dengan wanita yang sayangnya berbeda agama. Berjalan beberapa bulan, saya pikir akan berjuang untuk mendapatkannya. Sampai pernah terbelesit untuk pindah agama andai dia benar-benar serius.

Sayang sungguh sayang. Tiap keringat yang jatuh dan air mata yang saya usap pada akhirnya saya melepasnya juga. Terlalu banyak teman pria di sebelahnya, seolah tanpa teman, ia sulit hidup. 

Sebelum bersama mantan yang beda agama, saya sempat juga jatuh cinta beberapa tahun sebelumnya yang juga di atas umur 30 tahun. 

Yang ini malah satu agama, cantik juga dan saya bangga bisa menaklukannya saat itu. Orangnya sulit sekali didekatin, apalagi wajahnya yang terlihat tidak ramah. Haha..saya tertawa menulis ini sekarang.

Sayangnya hubungan kami tidak lama. Saya malah diputusin hanya lewat pesan tanpa bertemu karena menganggu aktivitasnya. Padahal kami beberapa kali kencan di tempat yang unik. 

Harapan tinggal harapan, dan terus mengulang. Terkadang saya menjadi badut yang selalu membuat pasangan untuk terus bahagia. Terkadang tunduk layaknya budak sama majikan. Atau menjadi ojek yang siap antar jempuat.

Saya terus gagal di sana bukan karena saya tidak mampu. Bahkan, berharap bisa bertemu calon mertua saja saya sudah siap. Begitulah hubungan.

Apakah saya trauma menjalani hubungan? Belum..belum. Saya masih berusaha dengan sempat berkencan dengan wanita usai waktu yang cukup lama dari hubungan sebelumnya.

Ternyata tidak sesuai harapan. Alur hubungannya tetap sama dan wanitanya cukup baik sebenarnya. Tapi, bukan seperti ini yang ingin saya harapkan. Jangan saya terus yang berusaha maksud saya. Sesekali perempuan coba.

Teman ngobrol

Sekarang, di umur 37 tahun, saya ingin sekali memiliki teman ngobrol dengan lawan beda jenis. Urusan jatuh cinta, sementara ini saya skip dulu. Bukan tak ingin berkomitmen untuk lanjut ke jenjang pernikahan, hanya saja saya tidak ingin jatuh ke sekian kali.

Atau terus mengejar dan menjaga hubungan tetap utuh namun ujung-ujungnya kambuh (putus). Beri waktu untuk saya bersiap. Saya memiliki banyak kekurangan, baik itu materi atau keluarga di belakang saya. Beri saya rasa percaya diri bahwa cinta itu kuat dan indah.

Temanin saya ngobrol meski kita berbeda jarak dan tempat. Bila dia tidak ingin hubungan komitmen, tidak masalah semisal ia juga memiliki target. Saya hanya ingin memiliki teman ngobrol saat ini.

...

Jatuh cinta di atas 30 tahun itu memang melelahkan. Saya setuju. Tapi, saya melupakan faktor penting bahwa kedua orang yang pernah saya ceritakan di halaman ini, umurnya di bawah 25 tahun. Mungkin kesalahan terbesar saya adalah harapan saya sendiri saja yang begitu tinggi.

Apakah umur mempengaruhi?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh