Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Mahalnya Sebuah Pertemanan

[Artikel 3#, kategori 37 tahun] Di umur 37 tahun sekarang, orang yang disebut dengan kata 'teman' entah kenapa rasanya sangat mahal. Apalagi sampai disebut dengan 'sahabat', itu lebih sekedar mahal. 

Saya bukan seorang introvert atau pemalu yang lebih diam saat bertemu orang lain. Saya hanya memilih untuk tidak mengambil langkah pertama apabila awal pertemuan. Dan juga, saya lebih membenamkan diri dalam kesunyian ketimbang harus menjalin hubungan dengan yang namanya 'teman'.

Mahal

Saya sedang berada di titik ini sekarang. Meski saya kenal baik atau hanya sekedar tegur sapa dengan seseorang, saya tidak ingin menyebut mereka dengan kata 'teman'. Terlalu mahal soalnya. 

Kata gantinya saya menyebut mereka rekan, ini lebih nyaman. Rekan sendiri mengutip laman jejakpustaka adalah sebutan untuk orang-orang yang dekat dengan kita, hanya saja merucut dalam hal urusan bisnis atau urusan yang berbau resmi.

Ini sesuai kriteria orang-orang yang saya kenal sekarang. Kami hanya bertemu saat-saat tertentu atau momen khusus. Selesai bertemu, kami kembali ke rutinitas masing-masing. Tidak ada percakapan lanjutan atau curhat colongan. Cukup di sana, urusan tertentu.

Teman versi saya

Saya bukan pemilih, malah saat usia muda saya memiliki banyak pertemanan dan tidak ragu untuk membantu. Bahkan sampai saya duduk di bangku perkuliahan, saya memiliki orang-orang yang disebut teman. Dotsemarang awal-awal lahir karena sebuah pertemanan.

Mengutip laman greatmind, teman adalah seseorang yang bisa melihat sisi terlemah kita. Ia bisa menerima kita apa adanya tanpa perlu melihat atribut kita. Entah itu profesi atau apa yang dimiliki.

Saya tidak ingin menunjukkan kelemahan saya sekarang atau ingin mendengar seseorang terlihat lebih lemah dari saya. Itu urusan masing-masing, karena pada akhirnya meski kita mengetahui, kita tetap akan jadi orang asing dikemudian hari.

...

Saya melihat banyak pria di umur saya sekarang, mereka lebih selektif dalam hal pertemanan. Apalagi yang sudah berkeluarga. Mereka tidak butuh teman, karena ada seseorang (istri) di samping mereka.

Bila berteman pun, lebih banyak disebut rekan karena hubungan pekerjaan atau hobi bersama. Saya harap kamu tidak seperti saya sekarang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun