Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Sebaiknya Menikah Sebelum Usia 30 Tahun

[Artikel 2#, kategori pernikahan] Ini hanya saran saja, jadi mau nikah kapan saja ya silahkan. Pasti kamu juga penasaran mengapa saya mengatakan demikian (judul). Sini sini saya kasih tahu, tapi jangan diikuti juga kalau pendapatmu beda.

Tulisan ini terinspirasi dari kicauan akun Menfess di X (Twitter) yang memposting tentang pria yang berumur 29 tahun belum menikah, nggak punya pacar dan gak lagi dekat sama siapa-siapa. 

Di postingan tersebut, saya malah ikut nimbrung dengan membalas postingan untuk menyarankan sebaiknya menikah saja sebelum melewati usia 30 tahun.

Ternyata responnya lumayan. Sampai-sampai ada yang membalas jika menikah juga masalah akan tetap ada. Apalagi belum menikah.

Alasan menikah sebelum 30 tahun

Tentu, saya membalas lagi meski dengan sedikit bercanda di sana. Ada akun perempuan yang bertanya alasannya kenapa.

Jadi begini, usia 20-an itu biasanya kata ragu terhadap sesuatu itu tidak sebesar pria yang berumur 30-an ke atas. Usia 20 penuh semangat dan dukungan di mana-mana, baik itu keluarga, pertemanan dan lingkungan.

Maafkan saya apabila kamu di usia 20-an hidup lebih mandiri dan tanpa dukungan di mana-mana. Pengalamannya pasti beda.

Saya melihat itu, terutama sekitar, orang-orang yang saya kenal menikah di usia 20-an. Dan sekarang, mereka menikmati kehidupan rumah tangganya dengan anak-anak yang lucu-lucu.

Saat umur 30 ke atas

Ketika sudah melewati fase umur 30-an, seorang pria memiliki banyak pemikiran karena sedang berada di fase ingin hidup stabil. Kata main-main sudah mereka tinggalkan.

Tanggung jawabnya juga semakin besar. Dulu uang saat usia 20-an bisa didapatkan dengan mudah dan dibuang juga sangat mudah. Sebaliknya, usia 30-an harus memikirkan banyak hal.

Pria 30-an mulai membatasi diri, baik pertemanan maupun aktivitas. Ya, itu yang terjadi pada diri saya meski umur 20-an memiliki kehidupan yang bertabur orang-orang baik di sekitarnya.

Banyak hal terjadi yang tidak disangka-sangka menghampiri. Jika di usia 20-an saya bisa menyikapi dengan santai, di umur 30-an saat dihampiri persoalan rasanya seperti beban.

Mulai dari keluarga, pertemanan hingga hal-hal sepele seperti pekerjaan. Dan akhirnya membuat lelah. Satu-satunya solusi meski persoalan tidak selesai adalah menepi.

Mencari kesunyian dan memanjakan diri dari terangnya kehidupan. Saat usia 30-an dan masih sendiri, kesepian adalah harta yang paling tinggi. 

Saya sebenarnya datang dari keluarga yang dianggap cukup, hanya saja di usia 30-an, keluarga yang saya banggakan tidak seperti harapan.

Rasa percaya diri ini yang dapat membenturkan pemikiran ketika ingin mengajak wanita menjadi pasangan. Jika ada, masalahnya kita tidak ingin menyakitin apabila akhirnya menikah.

Intinya, saat usia 30-an ke atas, rasa tanggung jawab semakin besar sehingga membuat kita banyak menghindari persoalan yang sebenarnya mudah diselesaikan.

Semakin besar tanggung jawabnya yang dirasakan, terkadang membuat rasa percaya diri terkikis. Yang ujung-ujungnya mencari ketenangan dari pemikiran sendiri. Terlalu banyak yang dikhawatirkan.

...

Saat usia 20-an, saya tidak begitu memikirkan rasa khawatir berlebihan. Saya bisa berteman dengan siapa saja, kencan dengan banyak wanita atau mencoba jalur dunia malam yang terasa begitu terang.

Usia 30, saya menargetkan menikah di usia tersebut sebenarnya. Tapi, perjalanannya tidak semulus yang diharapkan. Persoalan silih berganti datang dan membuat memar (bukan cedera fisik).

Selama masih ada kekuatan, seperti dukungan keluarga besar, menikahlah di usia di bawah 30-an. Itu menyenangkan dan kebahagiaan yang sangat besar akan kamu rasakan. 

Ini hanya pertimbangan. Menikah tak kenal usia sebenarnya. Jika belum siap, ya tak masalah. Tahan saja.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh