Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Cari Calon Pasangan Lewat Aplikasi Tinder


[Artikel 4#, kategori 37 tahun] Nggak bahaya, tah? Semua kembali pada penggunanya. Seberapa cerdas untuk membedakan mana yang ngibul atau serius. Setidaknya, Tinder memberi solusi kepada mereka yang menganggap dunia tak lagi sama seperti saya.

Entah sudah berapa tahun saya memakai Tinder. Sempat membuangnya, lalu kembali menginstall-nya. Sebagai pengguna, saya tidak ragu atau malu mengatakan ini. Saya baik-baik saja hingga sekarang.

Pernah dapat calon gebetan?

Dengan umur saya sekarang di atas 30-an, orang yang malas keluar rumah kalau tidak ada kepentingan, aplikasi Tinder semacam bantuan sederhana.

Saya berhasil beberapa kali menjalin pertemanan di sana, meski tidak pernah berlanjut hingga hubungan yang serius. Maksudnya hingga pacaran.

Alasannya, butuh kepastian dan pemahaman yang tidak sebentar. Yang kita hadapi adalah seseorang yang menaruh gambar di sana (Tinder). Bagaimana dengan sosok aslinya?

Mulai tukar nomor hingga menjalin komunikasi berbulan-bulan dengan rasa nyaman. Sayang, semua itu hanya berlalu begitu saja.

Usia 30-an

Meski aplikasi ini sedikit menghibur karna rasa penasaran apakah dia menerima permintaan pertemanan kita, Tinder tetaplah alternatif. Jangan jadi acuan sepenuhnya mencari pertemanan di sana.

Menjadi pria berkepala 3, terkadang saya senang apabila mendapatkan calon gebetan yang usianya 20-an. Sayangnya, saya pernah ingin dimanfaatkan. Nanti saya cerita kapan-kapan.

Saya tidak berharap ada seseorang yang umurnya di bawah 30-an terlalu getol memakai Tinder. Aplikasi ini memang bagus, tapi menjalin hubungan di usia muda sangatlah penting.

Banyakin jumpai orang baru dan bertemu. Biasanya jiwa muda yang masih berumur 20-an sangat mudah dan berapi-api. 

Berbeda dengan mereka yang sudah berusia 30-an seperti saya. Apalagi belum menikah dan berstatus single. Orang-orang ini semakin terbenam dengan pekerjaan dan rasa tanggung jawabnya kepada sekitar, khususnya keluarga.

Tinder menjadi penghubung antara rasa kesunyian dan kemandirian seseorang yang tidak ingin diribetkan permasalahan mencari pasangan.

Orang-orang yang berumur 30-an sangat serius menjalin hubungan, mereka tidak ingin putus begitu saja di tengah jalan. Atau harus kembali merasakan kesedihan karena dipermainkan.

Bagaimana denganmu, apakah pengguna aplikasi Tinder juta? 

📝 Gambar : Hasil generate AI

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh