Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Cari Calon Pasangan Lewat Aplikasi Tinder


[Artikel 4#, kategori 37 tahun] Nggak bahaya, tah? Semua kembali pada penggunanya. Seberapa cerdas untuk membedakan mana yang ngibul atau serius. Setidaknya, Tinder memberi solusi kepada mereka yang menganggap dunia tak lagi sama seperti saya.

Entah sudah berapa tahun saya memakai Tinder. Sempat membuangnya, lalu kembali menginstall-nya. Sebagai pengguna, saya tidak ragu atau malu mengatakan ini. Saya baik-baik saja hingga sekarang.

Pernah dapat calon gebetan?

Dengan umur saya sekarang di atas 30-an, orang yang malas keluar rumah kalau tidak ada kepentingan, aplikasi Tinder semacam bantuan sederhana.

Saya berhasil beberapa kali menjalin pertemanan di sana, meski tidak pernah berlanjut hingga hubungan yang serius. Maksudnya hingga pacaran.

Alasannya, butuh kepastian dan pemahaman yang tidak sebentar. Yang kita hadapi adalah seseorang yang menaruh gambar di sana (Tinder). Bagaimana dengan sosok aslinya?

Mulai tukar nomor hingga menjalin komunikasi berbulan-bulan dengan rasa nyaman. Sayang, semua itu hanya berlalu begitu saja.

Usia 30-an

Meski aplikasi ini sedikit menghibur karna rasa penasaran apakah dia menerima permintaan pertemanan kita, Tinder tetaplah alternatif. Jangan jadi acuan sepenuhnya mencari pertemanan di sana.

Menjadi pria berkepala 3, terkadang saya senang apabila mendapatkan calon gebetan yang usianya 20-an. Sayangnya, saya pernah ingin dimanfaatkan. Nanti saya cerita kapan-kapan.

Saya tidak berharap ada seseorang yang umurnya di bawah 30-an terlalu getol memakai Tinder. Aplikasi ini memang bagus, tapi menjalin hubungan di usia muda sangatlah penting.

Banyakin jumpai orang baru dan bertemu. Biasanya jiwa muda yang masih berumur 20-an sangat mudah dan berapi-api. 

Berbeda dengan mereka yang sudah berusia 30-an seperti saya. Apalagi belum menikah dan berstatus single. Orang-orang ini semakin terbenam dengan pekerjaan dan rasa tanggung jawabnya kepada sekitar, khususnya keluarga.

Tinder menjadi penghubung antara rasa kesunyian dan kemandirian seseorang yang tidak ingin diribetkan permasalahan mencari pasangan.

Orang-orang yang berumur 30-an sangat serius menjalin hubungan, mereka tidak ingin putus begitu saja di tengah jalan. Atau harus kembali merasakan kesedihan karena dipermainkan.

Bagaimana denganmu, apakah pengguna aplikasi Tinder juta? 

📝 Gambar : Hasil generate AI

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun