Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Beras Habis

[Artikel 68#, kategori rumah] Dulu saya bisa bangga meski pendapatan dari aktivitas ngeblog tidak seberapa. Setidaknya, saya punya tempat tinggal dan bisa makan setiap hari selama ada beras yang bisa dimasak menjadi nasi. Namun kebanggaan itu hari ini sirna. Sudah 2 hari saya hanya memakan mie bungkus saja.

Persediaan beras di rumah sudah habis, Senin (27/5). Terakhir pemilik rumah beli persediaan dapur di bulan April. Wajar kalau bulan Mei sudah tidak tersisa lagi. Ya, seharusnya kami harus belanja bulanan lagi.

Namun entah kenapa kali ini tidak dilakukan. Apalagi semenjak belanja bulanan dipegang keluarga si bungsu. Saya yang hanya numpang di rumah mereka, hanya pasrah-pasrah saja dengan apa yang mereka beli.

Beras habis

Selama ada beras, mie dan kopi, saya sudah bisa hidup meski tanpa uang sepeser pun di dalam dompet. Sayangnya, beberapa tahun menjalani hidup pasrah begini sudah mencapai titik puncaknya juga hari ini.

Beras di dapur habis. Saya sudah mengatakan kepada si bungsu (pemilik rumah) perihal tersebut, namun tidak ditanggapin. Rasanya saya seperti sebuah beban tinggal di rumah ini.

Bahkan, seminggu sebelumnya saya juga mengatakan bahwa air galon habis. Sama, tanggapannya juga tidak ada. Bulan Mei hidup saya seperti sudah terjatuh, kena tangga pula.

Makan mie

Karena saya juga tidak ada uang tunai atau saldo di rekening tabungan meski kemarin ada kiriman untuk bayar air PDAM bulanan, akhirnya saya coba bertahan sambil menunggu keajaiban. Siapa tahu nanti dibelikan beras oleh si bungsu seperti biasanya atau ia akan belanja bulanan sama istrinya.

Dua hari berjalan, tidak ada beras yang nongol di dapur. Saya sudah memakan mie selama 2 hari tersebut. Perasaan saya sudah tidak enak, apalagi beberapa hari kemarin penyakit maag saya kambuh. Sangat khawatir dengan hidup yang saya jalanin.

Beli pakai pay later

Karena ini sudah tidak bisa ditoleren lagi, akhirnya saya memutuskan membeli beras sendiri. Perasaan tidak makan sehari saja sudah buat sangat menderita, bagaimana dengan 2 hari. Atau sampai 3 hari.

Akhirnya punya nasi juga

Yang mengejutkan, pasangan si bungsu rupanya bisa makan nasi yang sepertinya habis beli dari makanan cepat saji. Pantes saja mereka sangat tenang karena ada persediaan nasi.

Hari ke-3, usai beres-beres bagian halaman rumah, saya menghampiri toko kelontong dekat rumah. Kebenaran toko ini punya fasilitas pembayaran lewat QRIS. Itu sangat membantu untuk individu seperti saya yang bisa memanfaatkan pembayaran lewat Shopee Pay Later.

Metode pembayaran yang bisa dicicil tersebut juga sempat saya gunakan sebelumnya, beberapa hari sebelum kehabisan beras, saat membeli air galon.

Beras 2 kilogram akhirnya terbeli dengan harga yang saya pilih paling murah. Harga sekilonya sekitar 14 ribu lebih (paling murah). Jika beli di minimarket, meski bisa pakai shopee later, berasnya yang tersedia ukuran 5 Kg.

Entah sudah berapa banyak tunggakan biaya bayar bulan depan menggunakan Shopee Later ini. Yang penting yang saya pikirkan sekarang adalah bisa makan dengan nasi terlebih dahulu. 

Bagaimana dengan lauknya? Saya sudah mengubek-ubek semua tas yang saya pakai. Hasilnya, saya mendapatkan uang kerenceng mencapai 4 ribu rupiah. Dan itu saya pakai beli tempe.

Tempe rebus yang ditambah kecap

Untuk sayur, semacam timun, masih ada stoknya yang saya beli dari seminggu lalu. Entah apa yang terjadi dengan kehidupan sehari-hari saya akhir-akhir ini. Khususnya bulan Mei.

Meski saya menderita, untunglah main futsal ada yang bayarin sehingga saya masih bisa aktif bermain. Andai tidak ada orang baik, mungkin saya sudah tidak main lagi.

...

Saya memang sedang menderita. Bahkan, saya ceritakan kepada adik kandung sendiri. Namun bukan alasan tersebut untuk mengasihi saya karena situasi menderita ini.

Tidak perlu kasihan atau menyalahkan keadaan maupun orang lain, toh jalan ini sendiri yang saya ambil. Saya hanya berpesan kepadanya (adik kandung) untuk tidak melakukan kesalahan seperti saya dan nabunglah dari sekarang. 

Punya banyak uang itu sangat penting. Biar hal remeh seperti ini tidak buat menderita, seolah di dunia ini tidak lagi yang lebih menderita.

*Ini bukan kali pertamanya saya mengalami kehabisan stok beras di rumah. Jadi, hal biasa saja. Saya bersyukur bahwa ada pembayaran pay later. Ini bukan postingan berbayar atau kerja sama dengan Shopee.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh