Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Bulu Kucing

[Artikel 25#, kategori kucing] Beberapa minggu belakangan, Si Winky senang berada di belakang rumah. Ia selalu menunggu saya di sana saat mau keluar rumah. Terkadang ia terlelap tidur di sana juga. Sesuatu yang membuat saya sangat senang sebagai pemilik kucing.

Semenjak kucing ini dipelihara tetangga, saya jarang melihatnya betah di rumah. Si Winky memang suka nemenin saya sedang menyapu di halaman luar rumah, tapi ia akan kembali ke rumah tetangga yang memeliharanya.

Nah, semenjak saya memberinya minum susu, ia rajin nungguin di belakang. Saya baru tahu pengaruh susu sangat disukainya sehingga ia rela tidak pulang ke rumah tetangga. Sampai pernah saya lihat si tetangga cari si Winky sampai ke rumah bagian belakang.

Bulu kucing

Sepertinya benar, ketika kamu sedang bahagia, selalu disertai perasaan tidak disukai. Winky yang tinggal di dekat pintu belakang mendadak jadi masalah oleh salah satu penghuni rumah.

Saya yang sedang di luar karena sedang bermain futsal, mendadak kesal. Hanya karena bulu masuk ke dalam rumah sisi belakang, dia chat agar saya jangan kasih makanan lagi di belakang.

Saya yang begitu lelah karena habis bermain mendadak kesal. Kucing itu posisinya di luar, bukan di dalam. Jika ada bulu yang ke dalam, tinggal sapu atau tutup pintunya.

Akhir-akhir ini, orang satu ini buat saya selalu dilema. Mau marah tapi dia yang punya rumah. Saya yang cuma numpang hanya bisa tahu diri.

Masalahnya ini cuma kucing, kenapa harus jadi masalah coba. Padahal pemilik rumah sangat suka dengan kucing. Herman saya.

...

Seolah dejavu, saya mengingat masa lalu saya awal-awal tinggal di Kota Semarang. Saat itu juga kehidupan saya tidak menyenangkan karna ulah salah satu penghuni rumah. Seolah ceritanya berulang.

Saya malas menanggapi chatnya pada akhirnya. Hal kecil ini jadi persoalan. Saya semakin tidak menyukainya semenjak ia membuang motor mio yang saya pertahankan.

Terkadang saya menengok ke belakang, dosa apa sebenarnya yang saya lakuin hingga harus dilema di era sekarang. Saya mau marah, tapi ditahan oleh keadaan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh