Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Mudah Menyerah

[Artikel 7#, kategori 37 tahun] Hampir 1 bulan ini saya intens berkomunikasi dengan seorang wanita lewat DM Instagram. Orangnya menyenangkan, mandiri dan pemberani. Kata terakhir yang akhirnya jadi alasan saya terus berusaha mendekatinya. Namun dalam perjalanannya, saya kembali menyerah.

Saya lupa diri saya adalah pria yang akan berusia 38 tahun dalam beberapa bulan ke depan. Saat ingin menulis ini, ternyata temanya hampir sama dengan artikel terakhir yang saya tulis di akhir tahun 2023.

Mudah menyerah

Saya sama seperti pria normal lainnya berharap memiliki pasangan. Entah itu lewat LDR atau dalam satu kota. Entah itu cantik atau biasa, setidaknya saya baru mengenalnya. Bukan orang yang saya kenal dekat dan tidak membuat saya khawatir.

Sayangnya hubungan yang baru terjalin seumur jagung ini terasa membosankan buat saya. Apakah dia cocok atau tidak saya melihatnya dari tiap komunikasi yang terjalin. 

Awal-awalnya memang menyenangkan. Dalam hati mengatakan 'akhirnya ada juga wanita yang berani duluan mengambil inisiatif'. Entah kenapa saya menyukai pendekatan seperti ini. Apakah karena saya sudah malas karena faktor usia?

Seiring waktu, komunikasinya mulai renggang. Saya harus memulai terlebih dahulu apabila ingin berkomunikasi dengannya. Beberapa kali melakukannya, saya tidak masalah. Namun makin ke sini, meski saya tahu ia sibuk bekerja, ini bukan yang saya inginkan.

Saya memutuskan menyerah dan membiarkan komunikasi kami terputus. Ia pun sama karena tidak saya hubungi maka tidak akan membalas atau berusaha mencari saya. Lupakan kalimat 'semakin mengenal kepribadian, maka akan semakin bucin'. 

Dia tidak salah atau kurang baik. Masalahnya ada pada diri saya yang mudah menyerah. Entah itu hubungan asmara atau pertemanan. Saya hanya ingin menikmati waktu saja. Berharap untuk dipedulikan, ternyata saya terus yang memulai.

Terima kasih sudah memberi warna dalam aktivitas dalam sebulan terakhir ini. Saya adalah pria yang tidak kompeten dan memang bukan prospek untuk masa depan. 

Ketimbang terus lanjut hanya untuk menemani kegabutan, mending kita saling menyibukkan diri saja masing-masing. Toh, itu tetap hidup.

Senang bisa berkenalan denganmu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Parkir Sepeda di Louis Kienne Hotel Pandanaran Semarang