Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kembali ke Jogja: Pulang

[Artikel 15#, kategori Jogja] Saya pikir masih sempat bermain futsal Selasa malamnya. Tapi, malah sudah harus pergi lagi ke Jogja. Padahal rencana pulang dari bandara Jogja hari Kamis (25/4), eh malah liburan dulu. Maafkan saya rekan-rekan futsal saya.

Selasa menjelang siang (23/4), akhirnya kami akan kembali ke Jogja. Pemilik rumah yang datang sejak akhir bulan Maret harus sudah kembali ke Kota Samarinda melalui bandara Jogja. 

Kenapa harus selalu pergi lewat Jogja? Itu karena penerbangan pesawat dari Jogja bisa langsung ke Kota Samarinda. Sedangkan jika dari Kota Semarang, maka masih harus tiba di Kota Balikpapan. Sedangkan jarak Samarinda dan Balikpapan jika tanpa tol waktu tempuhnya bisa 2 jam lebih.

3 hari 2 malam

Kali ini tidak menginap di apartemen seperti biasanya. Melainkan menginap di salah satu hotel. Yang ikut ngantar kali ini ada si menantu dan cucu kesayangan pemilik rumah. Jadinya, hotel menjadi alternatif terbaik untuk kali ini.

Dulu ketika harus pergi ke Jogja, mungkin saya akan pasti mengeluh karena keluar kamar itu artinya membawa pekerjan ikut serta. Karena sekarang sudah terbiasa, mau nggak mau harus memainkan perasaan saja.

Berbeda saat kedatangan akhir bulan Maret kemarin, berada di Jogja kali ini terbilang lebih lama. Satu sisi itu menyenangkan, namun sisi lain saya harus memanajen waktu antara jadi driver dan bangun dini hari untuk mengurusin dotsemarang.

Untunglah menginap kali ini di hotel. Suasananya agak nyaman, meski satu kamar dengan pemilik rumah. Ada perasaan segan dan dag dig dug bersama beliau. Maklum, saya kudu bangun pagi-pagi dan tidur lebih awal. Sebaliknya, beliau adalah orang yang kuat begadang. Maka dini hari pasti masih terjaga.

...

Saya sudah sangat lelah mengendara dari Kota Semarang menuju Jogja. Sesampainya Jogja, posisi tetap driver membuat saya harus tetap terjaga meski tubuh juga mulai kurang bergairah (capek maksudnya).

Dah, lah. Sekian dulu sampai sini. Pemilik rumah akan kembali hari Kamisnya, beberapa hari lagi. 

Artikel terkait :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat