Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kembali ke Jogja: Pulang

[Artikel 15#, kategori Jogja] Saya pikir masih sempat bermain futsal Selasa malamnya. Tapi, malah sudah harus pergi lagi ke Jogja. Padahal rencana pulang dari bandara Jogja hari Kamis (25/4), eh malah liburan dulu. Maafkan saya rekan-rekan futsal saya.

Selasa menjelang siang (23/4), akhirnya kami akan kembali ke Jogja. Pemilik rumah yang datang sejak akhir bulan Maret harus sudah kembali ke Kota Samarinda melalui bandara Jogja. 

Kenapa harus selalu pergi lewat Jogja? Itu karena penerbangan pesawat dari Jogja bisa langsung ke Kota Samarinda. Sedangkan jika dari Kota Semarang, maka masih harus tiba di Kota Balikpapan. Sedangkan jarak Samarinda dan Balikpapan jika tanpa tol waktu tempuhnya bisa 2 jam lebih.

3 hari 2 malam

Kali ini tidak menginap di apartemen seperti biasanya. Melainkan menginap di salah satu hotel. Yang ikut ngantar kali ini ada si menantu dan cucu kesayangan pemilik rumah. Jadinya, hotel menjadi alternatif terbaik untuk kali ini.

Dulu ketika harus pergi ke Jogja, mungkin saya akan pasti mengeluh karena keluar kamar itu artinya membawa pekerjan ikut serta. Karena sekarang sudah terbiasa, mau nggak mau harus memainkan perasaan saja.

Berbeda saat kedatangan akhir bulan Maret kemarin, berada di Jogja kali ini terbilang lebih lama. Satu sisi itu menyenangkan, namun sisi lain saya harus memanajen waktu antara jadi driver dan bangun dini hari untuk mengurusin dotsemarang.

Untunglah menginap kali ini di hotel. Suasananya agak nyaman, meski satu kamar dengan pemilik rumah. Ada perasaan segan dan dag dig dug bersama beliau. Maklum, saya kudu bangun pagi-pagi dan tidur lebih awal. Sebaliknya, beliau adalah orang yang kuat begadang. Maka dini hari pasti masih terjaga.

...

Saya sudah sangat lelah mengendara dari Kota Semarang menuju Jogja. Sesampainya Jogja, posisi tetap driver membuat saya harus tetap terjaga meski tubuh juga mulai kurang bergairah (capek maksudnya).

Dah, lah. Sekian dulu sampai sini. Pemilik rumah akan kembali hari Kamisnya, beberapa hari lagi. 

Artikel terkait :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh