Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal Hari Kamis: Sparing

[Artikel 138#, kategori futsal] Tidak menyangka akhirnya bisa melawan tim lain. Padahal tim ini hanyalah buat senang-senang karena diisi para veteran yang orangnya tidak ahli dalam bermain. Kamis terakhir di bulan Maret, kami diajarin gimana bermain futsal yang tidak sekedar hanya bisa menendang saja.

Kamis tanggal 29 Maret kemarin, tim mendapatkan lawan yang tangguh. Kami seakan diajarin gimana main yang efektif dan terus berlari tanpa rasa lelah. 

Dari segi umur, tim lawan menang segalanya karena mereka anak muda semua. Memang kami juga sebagian masih ada yang muda, tapi muda mereka berbeda dengan kami yang nendang bola saja bisa lepas.

Tim pertama yang turun sepertinya bisa ngimbangin tim lawan. Namun saat bergantian, tim yang saya ikuti sulit berkembang. Mengejar bola seakan tidak berarti, meski saya sedang tidak menjadi kiper karena ada pemain lain yang menjaga gawang.

Saya sendiri akhirnya kembali ke posisi kiper usai tim berganti. Saya jadi ingat pertandingan Leverkusen yang karakternya kuat di bawah asuhan Xabi Alonso. Timnya kuat, bola bergerak tanpa henti, pemain mencari ruang dengan kombinasi satu dua.

Yah, kami dibuat separah itu menghadapi permainan dengan gaya tersebut. Tim yang rasanya bukan sekedar bersenang-senang seperti kami untuk sekedar mengisi waktu dan buang keringat.

...

Kami memang kalah dan saya menderita juga karenanya. Meski sukses menepis beberapa peluang yang dilancarkan tim lawan, kesalahan tim sendiri juga membuat gawang yang saya jaga mudah dibobol mereka.

Sebuah pengalaman yang berharga kali ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh