Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal Terakhir di Bulan Februari: Berangkat Lebih Cepat

[Artikel 136#, kategori futsal] Selasa sore (27/2), saya keluar dari rumah sekitar jam 5 sore. Lebih awal dari biasanya yang berangkat jam setengah 7 malam. Kali ini ada undangan hotel yang untungnya berada di sekitar rumah, jadinya saat berangkat semua alat olahraga sudah saya bawa.

Ini bukan kali pertamanya saya berangkat futsal berbarengan dengan aktivitas pekerjaan semacam liputan acara. Momen begini yang membuat saya sangat bahagia, meski isi dompet tetap tidak akan bertambah.

Jika kamu mengikuti saya sebagai seorang pemilik blog, menerima undangan dari hotel atau acara yang diselenggarakan bukan oleh orang Jakarta, maka hanya akan dapat makan gratis dan ucapan terima kasih. Saya sudah maklum untuk soal ini.

Futsal hari Selasa

Nanti saya akan ceritakan di blog lainnya mengenai undangan yang saya dapatkan dari hotel tersebut. Pokoknya, momennya itu dalam rangka menyambut bulan puasa.

Akhirnya saya selesai dengan aktivitas di hotel dan langsung menuju lapangan futsal. Saya mengira saya adalah orang pertama yang datang karena lapangan masih terlihat sepi dan lampu penerangan belum dinyalakan.

Eh, ternyata sudah lumayan banyak. Saya suka sekali dengan atmosfer ini. Dan benar, beberapa saat kemudian semua orang sudah berkumpul dan ada 4 tim yang kali ini bermain. Satu tim sendiri terdiri dari 6 pemain. Total sendiri jika penasaran.

Selasa ini adalah selasa terakhir di bulan Februari. Tidak terasa sudah sampai di sini lagi dan besok sudah akan berganti lagi. Entah apakah masih bermain seperti biasa atau memaklumi karena akan memasuki bulan puasa.

Selama bermain, saya tidak berhenti menjadi kiper. Seperti sangat menikmati peran ini ketimbang posisi normal bukan sebagai kiper.

Sayangnya semangat itu yang harus berjibaku, jatuh bangun, membuat tangan dan kaki saya mengalami nyeri. Ah, saya terlalu bersemangat meski beberapa kali gawang saya dibobol dengan mudah.

...

Sudah hampir 2 bulan terakhir ini saya memakai sepeda. Lelah usai bermain futsal belum berhenti karena pulang harus menggenjot fisik lagi. Ya, udara malam yang terasa dingin terasa hangat karena tubuh masih panas-panasnya usai bermain futsal.

Terima kasih bulan Februari. Semoga semangatnya tetap menular di bulan Maret. Dan saya harap, tubuh saya tidak banyak yang cedera lagi. Sulit memohon untuk tidak cedera karena terlalu sering berjibaku di lapangan. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh