Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo, bulan Februari 2024

[Artikel 128#, kategori catatan] Mengawali bulan Februari yang jatuh pada hari Kamis, saya bangun dengan kondisi sangat baik. Jam 3 dini hari, cukup normal kali ini. Apalagi sehari sebelumnya, saya benar-benar mengistirahatkan tubuh ini agar siap untuk hari Kamis. Ah, sudah harus bertarung lagi di atas lapangan futsal.

Halo, bulan Februari. Cuacanya sangat cerah pagi hari saat menulis halaman ini. Meski begitu, notif dari google di hape memberitahukan hari ini tetap akan turun hujan. Yah, sial!

Kembali bersepeda

Sepeda yang tergeletak di bagian belakang rumah, akhirnya kembali digunakan. Perubahan terjadi di rumah karena kendaraan si pemilik rumah salah satunya sudah tidak ada lagi. 

Motor yang saya gunakan dan membuat saya terlena tidak bersepeda lagi, sekarang dipakai oleh pemiliknya. Kabar buruk buat saya. Namun selalu ada hikmah dibaliknya.

Saya kembali bersepeda. Sementara hanya untuk pergi ke tempat futsal, hari Selasa dan Kamis. Untuk kembali mengelilingi Kota Semarang, sepertinya masih belum dulu. 

Hutang pinjol

Saya dilema tapi juga cukup tahu diri bagaimana dunia ini bekerja. Pinjaman online saya akan berakhir bulan ini. Hanya tinggal sekali bayar saja. Saya senang bisa menyelesaikannya karena saya sudah lelah berjuang ngumpulin uangnya.

Hanya saja, sepertinya keberuntungan saya sudah habis. Tidak ada sisa duit yang tersimpan kali ini. Padahal saya sudah sangat berhemat. Ketika pemasukan nol, begitulah yang terjadi.

Saya coba menghidupkan harapan dengan meminta bantuan seseorang yang saya kenal baik. Orang yang diberi kesempatan kedua dan sukses sebagai manusia.

Ternyata, tidak bisa diharapkan juga. Saya tidak ingin menyalahkannya. Saya belajar bahwa membantu seseorang sebesar apapun, hingga memberinya nyawa kedua, tetap akan dilupakan. Sangat sulit sekali.

...

Tahun 2024, salah satu resolusi saya adalah Erik ten Hag diganti. Saya harap itu dikabulkan. Saya ingin melihat MU bermain dengan tenang tanpa urutan yang mudah diprediksi. Hari ini menang, besok kalah dan seterusnya.

Satu bulan lagi sudah memasuki bulan puasa, saya harap bulan Februari ini dapat banyak rejeki agar saya tidak terlilit hutang lagi. Jika keadaannya memang sulit, saya terpaksa gali lubang tutup lubang lagi.

Bismillah!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat