Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Jargon Tahun 2024, Pria di Ujung Tanduk?

[Artikel 129#, kategori catatan] Tidak terasa tahun ini saya memasuki usia 38 tahun. Bila mengukur kesuksesan sebagai pria, saya sangat menyedihkan. Saya benar-benar tidak memiliki kekuatan yang diharapkan sebagaimana mestinya seorang pria yang ideal. Terinspirasi dari sini, saya akan memaknai diri saya dengan jargon baru.

Jika usia 37 tahun saya memakai Pria (Tidak) Percaya Diri, maka usia 38 ini saya akan memakai Pria di Ujung Tanduk. Semacam tema yang ingin saya gali dari perjalanan saya sebelum berganti usia menjadi 39 tahun.

Makna

Saya adalah pria normal yang masih menyukai seorang wanita. Keinginan menikah tentu selalu ada. Hanya saja, saya dilema karena memikirkannya sendirian. Umur yang semakin bertambah, harta yang tidak bersisa dan keluarga yang cukup bermasalah untuk bisa diandalkan.

Bagian mana yang ingin saya andalkan ketika meminang seorang wanita? Apalagi wanita sekarang yang tiap awal saya jumpai, mereka sudah tidak ingin pacaran dan maunya menikah. Seolah menodongkan pisau belati di leher saya, seolah tidak hanya meminta tapi juga semacam mengancam.

Sebagai anak pertama,  saya sudah gagal sebagai anak berbakti. Saya tidak ingin juga gagal sebagai suami dan ayah kelak apabila istri saya kelak menuntut hal-hal di luar kemampuan saya (tanpa harta, keluarga yang ideal maupun pekerjaan).

Saya pernah memberi target menikah di usia 30 tahun. Nyatanya itu meleset. Perjalanan hidup tidak ada yang tahu, mendadak saja berubah drastis dari perkiraan. 

Kini, saya menargetkan di usia 40 tahun. Usia yang sudah di luar harapan sebenarnya, tapi juga batas terakhir apabila saya masih menginginkan pernikahan. Mana ada wanita yang mau dengan pria di atas 40-an. Apalagi tidak punya kekuatan dan kemampuan.

Pria di ujung tanduk ingin saya maknai seperti itu. Masih ada sisa 2 tahun lagi sisa waktu yang ingin saya kejar. Sisa 2 tahun juga akan sangat berarti apakah saya akan tetap di rumah yang saya tinggalin atau saya sebaiknya menyingkir. 

Saya sudah tidak berguna di rumah ini dan ada tekanan tersendiri ketika keluarga kecil si pemilik rumah terus bertumbuh (anak-anaknya). Rumah ini rasanya sudah tidak memerlukan saya. 

Kapan dimulai?

Orang-orang di sekitar saya semua bahagia, itu setidaknya kabar yang menyenangkan. Entah dengan keluarga sendiri yang selalu aneh buat saya. Saya tidak tahu di mana adek saya yang membuat tahun 2023 sangat menderita. 

Tema pria di ujung tanduk akan dimulai saat saya akan berusia 38 tahun dalam beberapa bulan ke depan. Saya menuliskannya sekarang agar tidak lupa saja sebenarnya.

Entah kenapa musik yang saya dengarkan membuat tulisan saya hanyut begitu dalam. Begitu menghayatinya hingga saya bercerita sesuatu yang terlihat melelahkan. Entahlah, saya hanya bersikap jujur saja. Apapun yang kamu lihat dari diri saya, begitulah adanya.

...

Ketika kamu melihat seseorang belum menikah, ada banyak makna. Tak perlu menghakiminya dengan pandangan yang tidak mengenakkan. Sama seperti saya, belum menikah bukan karena saya enggan. Tapi ini pilihan, opsi yang tidak menguntungkan.

Mungkin lain cerita jika saya pria yang punya pekerjaan dengan gaji tetap dan keluarga yang mantap. Bila saya benar diposisi tersebut, saya akan segera menikah. 

Sebagai warga berzodiak Cancer, saya adalah tipe setia. Tapi, modal setia saja di era sekarang mana laku. Wanita menginginkan seorang pangeran atau super hero, bukan pecundang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh