Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pertama Kali Mengalami Gempa di Kota Semarang

[Artikel 34#, kategori Semarang] Semenjak tinggal di Kota Semarang dari tahun 2007, ini adalah pertama kalinya merasakan guncangan gempa di dalam kamar sendiri pada hari Jumat kemarin (22/3). Terkejut juga, sih! Sampai-sampai memikirkan apa yang harus dibawa keluar (laptop) dari kamar.

Sejak pagi hari, berita tentang gempa yang terjadi di wilayah Jawa Timur, khususnya Tuban begitu ramai jadi perbincangan di lini masa X. Jika melihat jaraknya, tentu tidak akan merasa khawatir. Beberapa kali, bahkan yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang tidak berdampak apa-apa.

Namun kali ini berbeda. Ada 2 kali guncangan rupanya. Yang pertama entah kenapa saya tidak merasakan langsung guncangannya, tapi kepala saya mendadak pening. Lalu yang kedua, ini benar-benar terasa. Monitor yang tidak terpakai di meja kerja saya bergoyang terus. Memang kurang dari 1 menit, tapi itu memberi kesan mengkhawatirkan.

Apalagi posisi saya sedang tidur dan mendadak bangun. Beberapa barang juga ikut bergerak meski skalanya tidak sebesar monitor.

Kekhawatiran saya coba terjemahkan dengan keluar rumah. Namun yang terjadi di lingkungan sekitar, tetap hening. Tidak ada suara atau orang-orang panik seperti saya. Adem ayep saja sekitar rumah. Haha..kesel sendiri jadinya. Padahal lagi gempa.

...

Sebuah pengalaman yang seakan mengajari bahwa jika kelak terjadi lagi, harus bisa melihat situasinya sedemikian rupa. Tapi pikiran saya entah kenapa masih ingin menyelamatkan perangkat elektronik saya, seperti laptop dan lainnya.

Saya memikirkan tentang bagaimana bila ini benar terjadi dan laptop yang saya pakai akan berguna kelak.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile