Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pertama Kali Mengalami Gempa di Kota Semarang

[Artikel 34#, kategori Semarang] Semenjak tinggal di Kota Semarang dari tahun 2007, ini adalah pertama kalinya merasakan guncangan gempa di dalam kamar sendiri pada hari Jumat kemarin (22/3). Terkejut juga, sih! Sampai-sampai memikirkan apa yang harus dibawa keluar (laptop) dari kamar.

Sejak pagi hari, berita tentang gempa yang terjadi di wilayah Jawa Timur, khususnya Tuban begitu ramai jadi perbincangan di lini masa X. Jika melihat jaraknya, tentu tidak akan merasa khawatir. Beberapa kali, bahkan yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang tidak berdampak apa-apa.

Namun kali ini berbeda. Ada 2 kali guncangan rupanya. Yang pertama entah kenapa saya tidak merasakan langsung guncangannya, tapi kepala saya mendadak pening. Lalu yang kedua, ini benar-benar terasa. Monitor yang tidak terpakai di meja kerja saya bergoyang terus. Memang kurang dari 1 menit, tapi itu memberi kesan mengkhawatirkan.

Apalagi posisi saya sedang tidur dan mendadak bangun. Beberapa barang juga ikut bergerak meski skalanya tidak sebesar monitor.

Kekhawatiran saya coba terjemahkan dengan keluar rumah. Namun yang terjadi di lingkungan sekitar, tetap hening. Tidak ada suara atau orang-orang panik seperti saya. Adem ayep saja sekitar rumah. Haha..kesel sendiri jadinya. Padahal lagi gempa.

...

Sebuah pengalaman yang seakan mengajari bahwa jika kelak terjadi lagi, harus bisa melihat situasinya sedemikian rupa. Tapi pikiran saya entah kenapa masih ingin menyelamatkan perangkat elektronik saya, seperti laptop dan lainnya.

Saya memikirkan tentang bagaimana bila ini benar terjadi dan laptop yang saya pakai akan berguna kelak.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh