Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Drama Sebelum Futsal Awal Bulan Maret

[Artikel 18#, kategori Lucu] Niatnya bagus. Sebelum ke lapangan futsal, rencananya saya menghampiri sebuah hotel yang menggelar acara launching menu bukber. Sama seperti minggu lalu sebelumnya, segala persiapan sudah semua. Langsung gass naik sepeda ke lokasi.

Selasa sore (5/3), saya sudah tiba di hotel yang dituju. Saya mencari tempat parkir namun sedikit kesulitan karena palang masuk roda dua buat kendaraan yang biasanya mudah saya lalui kali ini benar-benar sulit.

Jadinya, saya tanya ke orang hotel. Di mana saya bisa parkir sepeda saya? Oleh security hotel saya diarahkan ke bagian bawah yang biasanya tempat parkir roda dua. Namun kali ini berbeda karena ada ruang lain yang langsung mengarah ke lift hotel.

Drama dimulai

Dengan rasa percaya diri yang begitu tinggi, saya masuk ke hotel melewati karyawan-karyawan yang ada di pintu lift utama. Saya masuk ke lift lalu menekan nomor lantai yang sangat familiar.

Karena akan futsal, saya sudah bawa baju ganti. Jadinya saat lift sudah ke buka, saya bergegas menuju toilet. Semua tampak rapi dan familiar karena ini bukan kali pertama saya mengunjungi hotel.

Di sini drama terjadi. Usai telepon yang berdering, saya mencoba melihat kembali jadwal acara yang dibagikan oleh marketing hotel.

Lho..lho.... kok tanggalnya bukan hari ini??? Waduh, ini tanggalnya minggu depan ternyata. Wadidaw, saya salah waktu. Antara percaya nggak percaya, lalu bagaimana caranya keluar sekarang?

Beruntung saya hari itu memakai topi. Mungkin bila ini ada dalam adegan di film drama Korea, wajah saya sangat merah. Mau ketawa ngakak tapi masih malu. Ah sial.

Akhirnya pintu lift terbuka juga. Saya kembali melewati orang-orang hotel sebelumnya. Saya pura-pura sambil menyapa bahwa saya mau balik dulu sambil bilang orang rumah nyariin kunci yang saya bawa. Haha.. sial.

Karna kebodohan ini, rencana futsal saya jadi berantakan. Ditambah, rencana makan enak yang seharusnya saya dapatkan karena dari rumah sengaja nggak makan, terpaksa cari makan di angkringan saja. 

Masih ada beberapa jam lagi waktu bermain futsal. Entah saya mau kemana jadinya menghabiskan waktu begini. Selesai makan, saya memutuskan pergi ke Kota Lama saja. Lumayan lama di sana. 

Saya tidak percaya bahwa saya melakukan hal bodoh tersebut hari itu. Sepertinya tidak akan saya lupakan seumur hidup haha...

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile