Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Iduladha 1444 H

[Artikel 13#, kategori Lebaran] Kehangatan yang dirasakan lebaran idulfitri kemarin kembali dirasakan saat lebaran iduladha tahun 2023 ini. Keluarga utama pemilik rumah seperti sebelumnya yang saya ceritakan, mereka merayakannya di rumah Semarang.

Saya masih ingat iduladha tahun lalu (2022), saya melaksanakan ibadah sholat id di Masjid Kauman. Suasana rumah masih sepi dan saya menyukainya.

Penuh kehangatan

Entah mengapa saya melihat tahun 2023 ini penuh dengan kehangatan. Apakah karena anak bungsu dan keluarga kecilnya yang semenjak tinggal di rumah menarik keluarga utama untuk terus berdatangan. Atau memang tahunnya yang menyenangkan.

Satu sisi, saya sedikit menyukainya karena lebaran penuh makna. Meski tubuh bakal dipaksa bekerja keras dari biasanya yang terlanjut hidup dalam kesunyian.

Sisi lain, ketenangan yang jadi pemakluman pria di usia 30-an yang saya agung-agungkan menjadi terganggu. Saya merindukan rumah yang sunyi tanpa perlu sembunyi-sembunyi.

Sholat id di MAJT

Cerita ini belum selesai karena saat menulis ini, waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi. Itu artinya masih beberapa jam lagi sebelum pergi ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang kami rencanakan sholat id di sana.

...

Meja dapur terisi penuh makanan. Sebuah kemewahan yang sudah lama tidak saya rasakan setiap lebaran beberapa tahun belakangan. Saya tahu bahwa saya hanya bagian kecil dari keluarga pemilik rumah.

Namun tetap saja, saya bersyukur menjadi bagian dari mereka yang begitu saling menyangi sesama keluarga. Terima kasih sudah menunjukkan kehangatan kepada saya saat harus berjuang menjadi tegar karna keluarga sendiri yang tidak bisa diandalkan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun