Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Idulfitri 1444 H

[Artikel 12#, kategori Lebaran] Perbedaan masih mewarnai lebaran tahun ini kala merayakan lebih awal atau mengikuti saran pemerintah. Saya? Mengikuti saran pemerintah saja, hari Sabtu tanggal 22 April 2023. Indahnya Indonesia.

Sudah 16 tahun saya tinggal di Kota Semarang, dan ini kali pertama pemilik rumah atau keluarga merayakan idulfitri di rumah. Kesunyian yang biasanya saya lalui, sekarang tampak begitu ramai.

Entah apa yang dipikirkan pemilik rumah, apakah itu bentuk dukungan buat si bungsu atau karena kepentingan yang bisa diselesaikan secepatnya mengenai persoalan rumah.

Sebuah perbedaan

Saya tidak mengerti dengan perasaan saya sendiri lebaran kali ini. Apakah saya harus bahagia atau sebaliknya. Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, seharusnya saya pulang kampung. Menanggalkan harta terbesar saya agar dekat dengan mereka. Ya, harta itu adalah kesunyian.

Namun itu tidak saya lakuin. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, saya tidak ada keinginan pulang. Padahal tahun ini saya punya alasan besar untuk bertemu keluarga (ziarah). 

Saya merasa sedih karna tertahan akan realitas yang saya alami, terutama dari saudara sendiri. Saya masih tidak terima dengan apa yang mereka lakukan (menghancurkan kepercayaan). 

Sisi lain, rumah yang tampak hangat ada di sini. Pemandangan yang tidak pernah saya rasakan meski status saya bukan anak kandung mereka. 

Saya tidak bangga dengan status itu. Dengan umur di atas 30 tahun, malah saya inginnya tetap sendirian saja. Tidak ribet urusan ini dan itu. Menempatkan diri sesuai porsi atau bekerja keras sendiri yang seharusnya saya dapat mengoptimalkan diri sendiri.

Kebahagiaan yang saya terima selalu ada pengorbanan yang tidak bisa dihindari. Puk puk buat diri saya yang menjalani lebaran masih sendiri.

...

Saya tidak tahu apakah dosa-dosa saya akan diampuni Allah SWT. Saya terus berharap, tiap doa terucap dapat mengurangi setidaknya. Saya bukan anak berbakti atau muslim taat, saya hanya beranggapan bahwa saya bisa bermanfaat buat orang lain.

Selamat Idulfitri 1444 H. Maafkan saya bila ada salah, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Saya mengerti tidak mudah memaafkan, tapi saya percaya kita semua adalah orang baik.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh