Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Jogja dan Batal Puasa

[Artikel 5#, kategori Jogja] Masih tidak bisa konsisten berpuasa, kali ini gagalnya karena otw ke Jogja. Semenjak mengambil tugas jemput pemilik rumah yang lebih suka datang lewat bandara Jogja, mau tidak mau, saya harus melakukan perjalanan dari Kota Semarang. Karena jauh, saya terpaksa memutuskan tidak berpuasa.

Saya mengerti betapa besar dosa saya karena tidak konsisten berpuasa. Jadi, mari dengarkan cerita lainnya yang tak perlu membahas tentang hal tersebut.

OTW bandara YIA

Saya berangkat dari rumah setengah 6 pagi dengan harapan sebelum pukul 9 sudah tiba di bandara. Karena bukan kali pertama ke bandara YIA, saya sedikit santai. Apalagi saya tidak sendiri. Ada istri dan anak si bungsu yang menemani. 

Kali ini saya tidak kelewatan melintas jalan tol yang sebelumnya melewati sampai Kopeng.  Ternyata setelah keluar tol Bawen, jalan yang digunakan adalah rute Magelang.

Kemudian, rutenya sama seperti saat melewati Kopeng. Saya sempat dejavu dan beranggapan rute yang kali ini terlalu jauh. Ternyata malah sebaliknya, ini lebih nyaman saja.

Debut si Mac

Pergi keluar dari kamar artinya harus membawa pekerjaan turut serta. Setelah drama laptop dijual, perjalanan ke Jogja kali ini adalah debutnya si laptop baru. Ya, tidak baru juga. Saya mendapatkannya barang second dan mereknya adalah Apple atau MacBook Air.

Meski dari sisi branding, MacBook lebih menarik, namun dari sisi kemampuan saya harus akui Zenbook Space Edition masih yang terbaik. Dari harga saja sudah beda kelas.

Saya masih beradaptasi dengannya karena sangat berbeda dari laptop yang biasanya bertipe Windows. Perjalanan kali ini semakin berarti untuk saya.

...

Saya berada di Jogja beberapa hari sebelum akhirnya memutuskan pulang. Menginap satu hari satu malam maksudnya. Merugikan tapi tidak bisa berbuat apa-apa juga.

Setidaknya, produktivitas saya tidak terganggu karena ada laptop baru (second). Sempat khawatir saat menjual Zenbook karena uangnya khawatir kurang. Uang penjualannya digunakan untuk membayar hutang yang adik-adik saya perbuat. Mengesalkan untuk berbicara tentang mereka.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions

Review Film Tum Bin 2 (2016)