Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Yang Ditunggu Setelah Pulang Futsal, Kotak Kayu

[Artikel 114#, kategori futsal] Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Kotak kayu yang dinanti berisi laptop (bukan baru) yang dari siang keberadaannya tak kunjung tiba sekarang sudah berada di tangan. Lega, rasanya. Sekarang pekerjaan saya sudah bisa kembali (dotsemarang).

Harus ditunggu sampai malam setelah pulang futsal ternyata. Entah kenapa kurirnya tidak mengirim ke rumah pada saat saya masih di rumah pada sore hari. Kan harap-harap cemas.

Futsal perdana bulan April

Futsal perdana bulan keempat jatuh pada hari Selasa, tanggal 4 April 2023. Yang hadir hari ini lumayan banyak. Saya menjalani permainan juga cukup menyenangkan meski harus terus bekerja keras berada di bawah mistar.

Perasaan bagus mengawalinya. Ya, meski pada akhirnya mulai sering kebobolan setelah berganti-ganti tim. Pikiran saya juga bisa teralihkan yang dari siang terus menunggu dan menunggu (laptop).

Kotak kayu

Tubuh lelah setelah pulang tidak berasa karena perasaan bahagia bertambah. Laptop baru merek apple, statusnya second, akan jadi senjata baru buat saya terus menulis.

Laptop ini saya dapatkan dari penjualan laptop sebelumnya yang terjual dengan harga yang sangat miring. Dalam penjualan laptop ASUS Zenbook Special Edition tersebut, harga yang ditawarkan include dengan laptop yang saya terima ini.

Saya tidak peduli dengan kondisinya saat saya katakan kepada rekan yang membelinya. Pokoknya bisa dibuat menulis saja. Saya tidak sedang berada diposisi menawar karna sudah kepepet membayar hutang adek saya.

...

Setelah sekian purnama tidak mendapatkan kotak kayu, akhirnya saya menerimanya. Meski bukan dari ASUS lagi dan sepertinya ada perasaan yang hilang. Branding saya dengan ASUS mulai luntur karena menggunakan laptop bukan dari ASUS.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat