Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Terpaksa Jual Aset Berharga

[Artikel 7#, kategori laptop] Belum satu tahun memilikinya, sudah harus dijual meski dengan berat hati. Sedih juga harus berpisah, apalagi mendapatkannya penuh suka cita dan tepuk tangan. Saya sendiri tidak pernah membayangkan dalam kondisi seperti ini. Mau tidak mau.

Laptop ASUS yang saya miliki untuk pertama kalinya setelah dinyatakan memenangi doorprize di bulan September adalah aset sangat berharga saya. Teman kerja, teman hangout dan bahkan, teman traveling.

Sungguh malu

Saat saya mendapatkannya, saya sempat khawatir karena laptop yang saya pakai sebelumnya adalah laptop yang dipinjamin ASUS. Kehadiran Zenbook Space Edition menjadi berkah atas doa-doa yang akhirnya terkabul.

Saya berdiri tegak dengan banyak tatapan mata saat di atas panggung. Pemandangan yang tak pernah saya bayangkan bahwa nama saya sedang berada di sini.

Banyak ucapan selamat yang saya dapatkan saat kaki langkah saya mulai menurunin tangga usai pengumuman. Bahkan, hanya persekian menit tanpa sadar tubuh saya terbang dengan yel-yel mirip pemain bola yang merengkuh Piala Dunia.

Sekarang, saya sungguh malu mengatakan bahwa laptop tersebut akhirnya saya jual. Tawaran belasan juta yang datang sempat saya tolak saat itu. Dan saat menjualnya hari ini, harganya malah turun drastis. Tidak sesuai harapan.

Maafkan saya

Saya terpaksa menjualnya bukan karena butuh uang untuk diri saya sendiri. Tapi untuk melunasi hutang yang saudara saya lakukan. Entah, apakah mereka masih saudara atau malah penjahat yang bertopeng manusia.

Mereka seperti tidak peduli dengan yang akan terjadi kepada saya. Apalagi setelah hutang mereka saya bayarin dengan menggunakan laptop yang saya banggakan.

Saya masih harus mencicil pinjaman online yang sudah saya ceritakan sebelumnya di sini. Untunglah, ada orang baik yang mau memberikan solusi yang membuat saya bisa menulis di halaman ini.

Maafkan saya yang tidak mampu menjaga amanah yang diberikan kepada saya. Maafkan saya tidak bisa menjaga rasa hormat dan peduli teman-teman saya yang memberi ucapan selamat saat mendapatkan laptopnya.

Kini, saya hanya berharap lekas pulih dari penderitaan dan terus berkarya lewat tulisan. Meratapi kesedihan tidak akan membawa laptop itu kembali. 

Saya membenci bulan April, tapi lebih membenci saudara saya yang tidak bertanggung jawab.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions