Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo April 2023

[Artikel 116#, kategori catatan] Awal bulan April, kita sudah memasuki hari ke-10 berpuasa. Banyak kekhawatiran yang saya rasakan dan berharap itu tidak jadi kenyataan. Sudah berat saja menyapa awal bulan. 

Luar biasa menjalani puasa hingga hari ke-10 ini, terutama aktivitas dotsemarang yang terus menerus mendapatkan undangan berbuka puasa dari hotel. Meski melelahkan, saya menikmatinya.

Kekhawatiran

Sudah bertahan sekuat tenaga, akhirnya pecah juga puasa. Bukan karena maag kali ini, tapi batuk yang belum kunjung reda semenjak awal berpuasa. 

Saya sangat khawatir sekarang. Terutama orang yang saya percayai merusak kepercayaan saya. Entah apa yang dipikirkannya setelah usaha saya seolah tidak berarti baginya. 

Saya sedang berbicara tentang keluarga saya, bukan dia atau gebetan. Status saya masih single, jadi tidak perlu ini yang kamu perhatikan.

Kekhawatiran saya soal uang yang katanya tak dapat membeli segalanya ternyata dapat mengkhianati siapa saja. Tidak peduli keluarga atau persahabatan, itu sangat menyakitkan.

Setahun ke depan, saya harus membayar hutang-hutang meski bukan saya yang berhutang. Berat, andai saja saya gagal mengisi isi dompet. Saya bertanya-tanya, kenapa saya yang harus membayarnya.

Lebaran dipastikan saya akan di Ibu Kota saja. Tidak pergi ke mana-mana karena saya sadar, kerja keras saja tidak akan berguna kala ada yang dikhawatirkan.

...

Sehat-sehat ya badan. Meski penghasilan saya receh, semoga saja bisa segera terlepas dari genggaman hutang. Jangan sampai harta satu-satunya yang saya dapatkan tahun lalu harus tergadai.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat