Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Mudik Ke Jogja

[Artikel 6#, kategori Jogja] Bulan April bukan saja penuh tantangan saat konsisten dengan dotsemarang. Tapi, benar-benar sangat menderita. Usai drama laptop dijual karena bayar hutang, kedatangan pemilik rumah bulan puasa dan sekarang kudu mudik ke Jogja setelah lebaran. Eh, kok mudik?

Kali ini saya punya alasan kenapa blog dotsemarang jumlah statistiknya merosok tajam ketimbang bulan sebelumnya. Keluar kota, begitulah rasanya.

Mudik ke Jogja

Pemilik rumah yang datang di bulan puasa, sudah harus kembali ke Samarinda. Pulangnya, tentu lewat Jogja. Sungguh saya tidak menyukai kondisi ini, namun juga tidak bisa berkata tidak.

Kami berangkat hari Rabu, tanggal 26 April. Saya sempat khawatir karena keberangkatan kali ini adalah saat-saat mudik lebaran. Sebagian masyarakat pasti sedang berada di jalan karena akan kembali usai lebaran. Apakah akan kena macet di jalan tol?

Syukurlah, tidak. Selama perjalanan cukup lancar. Malah sisi jalan sebaliknya yang terlihat pemandangan kemacetan. Kami bersyukur tidak berada di sana.

Entah kenapa rasanya kali ini saya seperti sedang mudik saja. Apalagi sampai ke luar kota dengan tujuannya Jogja. Bagian belakang mobil sudah penuh koper dan printilan yang harus dibawa.

Waktu yang lebih panjang

Jadwal pesawat sudah didapatkan dan akan terbang pada hari Sabtunya, tanggal 29 April. Itu artinya, waktu kami di Jogja lebih lama dari biasanya apabila saya sedang menjemput keluarga.

Saya terpaksa berkorban. Meninggalkan rumah yang nyaman, depan laptop yang biasanya mengerjakan dotsemarang dan aktivitas rutin anak rumahan.

Jogja seperti rumah kedua akhir-akhir ini. Pemilik rumah memang memiliki tempat tinggal lain di sana, sehingga kami dibuat nyaman juga.

Tak ada aktivitas spesial selama kami di Jogja. Seperti biasanya. Dari sekedar makan, ke mal dan berdiam di rumah. 

Lebaran paling berkesan

Hari H akhirnya tiba. Kami sudah bersiap menuju bandara Sabtu subuh. Saya baru sadar jika jarak tempat tinggal kami dengan bandara butuh waktu tempuh hingga 2 jam. Makanya kami pergi sebelum matahari terbit.

Meski saya menderita karena kenyamanan yang biasanya saya rasakan, momen kedatangan keluarga tetaplah sangat berkesan. Saya sendiri tak pernah membayangkan bahwa roda akan berputar.

Beberapa tahun belakangan, lebaran biasanya dilalui sendiri dan hanya berdiam di dalam kamar sendiri. Tak ada keluar kota, sekedar jalan-jalan atau mendengar kebisingan orang-orang di dalam rumah. 

Saya bersyukur dan berterima kasih atas apa yang saya alami hari ini meski banyak mengorbankan segalanya. Semoga pemilik rumah dan keluarga lainnya terus diberi kesehatan dan keselamatan. Mudahkan rejeki juga agar mereka tetap bahagia.

Sekali lagi, terima kasih untuk keluarga kedua saya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions