Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Dibercandain Saudara Sendiri

[Artikel 28#, kategori keluarga] Apa yang dikhawatirkan terjadi juga. Meski resikonya sudah diminimalisir, tetap saja dibercandain saudara sendiri sangat menyakitkan. Apalagi sudah menaruh harapan tinggi. Jika saudara sendiri melakukannya, lantas harus siapa lagi harus dipercaya. 

Saya, awal bulan April sudah sangat menyedihkan. Ibarat pepatah, sudah jatuh masih ketiban tangga. Saya menuai kesalahan yang tidak pernah saya lakukan hanya karena masih satu darah. Kejam sekali untuk orang normal seperti saya yang hanya berdiam di rumah sepanjang waktu.

Dibercandain

Maksud hati menolong karena sebagai anak pertama yang ingin hidupnya baik-baik saja, saya menuruti pikiran saudara saya yang sedang terjerembab masalah. Toh, apabila masalah dibiarkan berlarut-laraut, mau tidak mau nanti saya ikut terjerat karena dianggap bertanggung jawab.

Saya pikir masalahnya sudah beres ketika saya mengambil pinjaman online untuk dibayarkan. Ternyata hari h yang sudah disepakati antara saudara saya dan orang yang bermasalah, saudara saya mengingkari janjinya.

Uang pinjol yang seharusnya dibayarkan kepada orang tersebut bahkan dipakai sendiri. Lalu, orang tersebut mau tidak mau menghubungi saya. Dilematis jika begini. Saya sudah berusaha menolong, tapi dibercandain.

Saudara saya bahkan mengingkari juga kesepakatan untuk membayar perbulan pinjaman yang saya ambil. Sudah uang raup entah kemana, sekarang saya harus cari lagi uang untuk membayar utang orang yang nagih ke saudara saya.

Aset berharga saya yang belum saya gunakan dalam kurun waktu setahun terpaksa dijual. Dan masalah sepertinya belum juga usai, mengingat tagihan bulanan hingga tahun depan saya juga yang bayar.

Saya tidak tahu dosa apa yang dilakukan orang tua saya sampai-sampai ditipu saudara sendiri. Nasib menjadi kakak yang ingin dianggap baik malah jadi senjata makan tuan.

...

Saya tidak menyukai awal bulan ini, termasuk menceritakannya di sini. Namun ini akan saya jadikan pengingat bahwa saya sangat sangat jatuh. 

Jika keluarga sendiri begini, kepada siapa lagi saya harus berbakti. Hanya karena uang, sebagian orang-orang menjadi jahat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun