Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Dibercandain Saudara Sendiri

[Artikel 28#, kategori keluarga] Apa yang dikhawatirkan terjadi juga. Meski resikonya sudah diminimalisir, tetap saja dibercandain saudara sendiri sangat menyakitkan. Apalagi sudah menaruh harapan tinggi. Jika saudara sendiri melakukannya, lantas harus siapa lagi harus dipercaya. 

Saya, awal bulan April sudah sangat menyedihkan. Ibarat pepatah, sudah jatuh masih ketiban tangga. Saya menuai kesalahan yang tidak pernah saya lakukan hanya karena masih satu darah. Kejam sekali untuk orang normal seperti saya yang hanya berdiam di rumah sepanjang waktu.

Dibercandain

Maksud hati menolong karena sebagai anak pertama yang ingin hidupnya baik-baik saja, saya menuruti pikiran saudara saya yang sedang terjerembab masalah. Toh, apabila masalah dibiarkan berlarut-laraut, mau tidak mau nanti saya ikut terjerat karena dianggap bertanggung jawab.

Saya pikir masalahnya sudah beres ketika saya mengambil pinjaman online untuk dibayarkan. Ternyata hari h yang sudah disepakati antara saudara saya dan orang yang bermasalah, saudara saya mengingkari janjinya.

Uang pinjol yang seharusnya dibayarkan kepada orang tersebut bahkan dipakai sendiri. Lalu, orang tersebut mau tidak mau menghubungi saya. Dilematis jika begini. Saya sudah berusaha menolong, tapi dibercandain.

Saudara saya bahkan mengingkari juga kesepakatan untuk membayar perbulan pinjaman yang saya ambil. Sudah uang raup entah kemana, sekarang saya harus cari lagi uang untuk membayar utang orang yang nagih ke saudara saya.

Aset berharga saya yang belum saya gunakan dalam kurun waktu setahun terpaksa dijual. Dan masalah sepertinya belum juga usai, mengingat tagihan bulanan hingga tahun depan saya juga yang bayar.

Saya tidak tahu dosa apa yang dilakukan orang tua saya sampai-sampai ditipu saudara sendiri. Nasib menjadi kakak yang ingin dianggap baik malah jadi senjata makan tuan.

...

Saya tidak menyukai awal bulan ini, termasuk menceritakannya di sini. Namun ini akan saya jadikan pengingat bahwa saya sangat sangat jatuh. 

Jika keluarga sendiri begini, kepada siapa lagi saya harus berbakti. Hanya karena uang, sebagian orang-orang menjadi jahat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions