Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Dulu ke Jogja Berwisata, Sekarang Seperti Rutinitas Saja

[Artikel 8#, kategori Jogja] Saya sudah menginjak pedal gas semaksimal mungkin, namun tetap saja terlambat sampai di bandara Jogja baru. Minggu ketiga bulan Juni, saya kembali ke kota pelajar. Ini kali ke-4 dalam setahun ini mengunjungi Jogja.

Orang rumah datang lagi dan berencana lebaran iduladha di Kota Semarang. Mau tidak mau, saya harus menjemput mereka di Joga karena menggunakan penerbangan lewat sana. Bukan Kota Semarang.

Rutinitas

Saya memikirkannya dalam perjalanan yang kali ini sendirian. Pergi ke Jogja seakan rutinitas saja dan dipastikan akhir bulan Juni ini akan kembali mengantar mereka yang lagi-lagi pulang lewat bandara Jogja.

Dulu, mengunjungi kota gudeg ini karena ingin berwisata atau ada acara penting yang berhubungan dengan dunia blogging. Saya tidak menyangka tahun 2023, ini malah jadi ruitinitas saja.

Terlambat

Saya sudah dipesanin dari awal untuk berangkat lebih awal dari Kota Semarang menuju bandara oleh pemilik rumah.

Namun apa boleh dikata. Sang menantu yang juga memiliki kuasa, tidak ada yang bisa saya lakukan saat kendaraan yang seharusnya segera saya pakai masih digunakan untuk menjemput putri tercintanya pulang Sekolah.

Bila waktu normalnya, 3 jam lebih bisa tiba ke bandara Jogja dari Kota Semarang. Namun kenyataannya tidak demikian. Ada beberapa faktor yang membuat perjalanan terhambat, seperti penutupan jalan dan kemacetan yang tidak diprediksi.

Saya jadi tidak enak sendiri karena pemilik rumah sudah tiba di bandara sedangkan saya masih terjebak di jalan. Saya tidak bisa menyembunyikan alasan apapun dari beliau karena beliau pasti tahu alasannya. 

Syukurlah, pemilik rumah makan siang dulu di bandara. Sehingga rasa bersalah saya karena terlambat tidak begitu kentara.

...

Kali ini cukup lama berada di Jogja. Hari Sabtunya tanggal 24 Juni, kami akhirnya kembali ke Kota Semarang. Bolak-balik Jogja ibarat mata uang yang memiliki 2 sisi. Satu sisi menyenangkan, satu sisi mengorbankan beberapa kepentingan.

Waktu futsal yang terganggu dan undangan liputan yang harus batal meski sudah dijadwalkan jauh-jauh hari. Keluarga lebih penting?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun