Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tetangga Baru, Pasangan Muda

[Artikel 78#, kategori rumah] Tidak lama penghuni lama pindah, akhirnya rumah yang disewakan di sebelah sudah ada penghuni baru lagi. Entah sudah berapa kali rumah tersebut berganti-ganti penghuni. Kebanyakan yang sewa hanya menyewa 1 tahun saja, makanya tiap tahun saya akan melihat wajah baru.

Jika sebelumnya adalah keluarga besar, kali ini tetangganya adalah pasangan muda. Baru punya bayi dan sepertinya mereka sangat harmonis. Saya jadi iri melihatnya.

Cobaan usia 30-an

Melihat situasinya, saya seperti diberi gambaran besar bagaimana berumah tangga. Padahal tetangga lainnya juga rata-rata pasangan dengan beberapa anak yang lucu. Belum lagi, di rumah sendiri ada pasangan si bungsu yang juga baru punya bayi.

Saya seperti tertampar kenyataan untuk segera menyusul seperti mereka. Sudah dilatih dengan keadaan, melihat gambaran besar tapi kok masih adem-adem waye.

Saya juga inginnya segera menikah, apalagi dengan umur yang semakin kepala 40-an. Namun semua sekarang serba salah. Mau ngejar, khawatir bagaimana menjalaninya jika penghasilan saja masih kembang kempis.

Mau bahagiakan pasangan, tapi bahagiakan sendiri masih sulit. Berharap wanita kaya datang melamar itu hanya terjadi di film-film. Atau mengejar janda, tapi realitanya janda pun mencari yang kaya raya untuk membantu perekonomian mereka yang sudah tidak sendiri.

Dilema, bukan! Tapi saya pikir ini hanya terjadi kepada saya. Buktinya tetangga dan orang-orang sekitar yang sudah menikah, mereka baik-baik saja.

Saya sendiri yang terlalu berpikir sangat keras meratapi nasib. Jika bisa memutar ulang waktu, saya ingin jadi kaya sejak kecil. Karena tanpa kekuatan uang, semuanya sulit dilakukan.

Itu bukan berarti saya tamak atau terobesi. Dengan uang, saya bisa beli kebutuhan pokok rumah tangga, membayar listrik, bensin dan pengeluaran tak terduga.

...

Pada akhirnya saya curhat sendiri. Ah, sudahlah. Semoga saja tetangga ini bisa berhubungan baik dengan sekitar. Terkadang ada tetangga yang usil, mencari kesalahan yang seharusnya hal biasa dan seakan mencari kesalahan.

Selamat datang di tempat tinggal yang asri ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat