Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Tetangga Baru, Pasangan Muda

[Artikel 78#, kategori rumah] Tidak lama penghuni lama pindah, akhirnya rumah yang disewakan di sebelah sudah ada penghuni baru lagi. Entah sudah berapa kali rumah tersebut berganti-ganti penghuni. Kebanyakan yang sewa hanya menyewa 1 tahun saja, makanya tiap tahun saya akan melihat wajah baru.

Jika sebelumnya adalah keluarga besar, kali ini tetangganya adalah pasangan muda. Baru punya bayi dan sepertinya mereka sangat harmonis. Saya jadi iri melihatnya.

Cobaan usia 30-an

Melihat situasinya, saya seperti diberi gambaran besar bagaimana berumah tangga. Padahal tetangga lainnya juga rata-rata pasangan dengan beberapa anak yang lucu. Belum lagi, di rumah sendiri ada pasangan si bungsu yang juga baru punya bayi.

Saya seperti tertampar kenyataan untuk segera menyusul seperti mereka. Sudah dilatih dengan keadaan, melihat gambaran besar tapi kok masih adem-adem waye.

Saya juga inginnya segera menikah, apalagi dengan umur yang semakin kepala 40-an. Namun semua sekarang serba salah. Mau ngejar, khawatir bagaimana menjalaninya jika penghasilan saja masih kembang kempis.

Mau bahagiakan pasangan, tapi bahagiakan sendiri masih sulit. Berharap wanita kaya datang melamar itu hanya terjadi di film-film. Atau mengejar janda, tapi realitanya janda pun mencari yang kaya raya untuk membantu perekonomian mereka yang sudah tidak sendiri.

Dilema, bukan! Tapi saya pikir ini hanya terjadi kepada saya. Buktinya tetangga dan orang-orang sekitar yang sudah menikah, mereka baik-baik saja.

Saya sendiri yang terlalu berpikir sangat keras meratapi nasib. Jika bisa memutar ulang waktu, saya ingin jadi kaya sejak kecil. Karena tanpa kekuatan uang, semuanya sulit dilakukan.

Itu bukan berarti saya tamak atau terobesi. Dengan uang, saya bisa beli kebutuhan pokok rumah tangga, membayar listrik, bensin dan pengeluaran tak terduga.

...

Pada akhirnya saya curhat sendiri. Ah, sudahlah. Semoga saja tetangga ini bisa berhubungan baik dengan sekitar. Terkadang ada tetangga yang usil, mencari kesalahan yang seharusnya hal biasa dan seakan mencari kesalahan.

Selamat datang di tempat tinggal yang asri ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh