Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Bulan Ketiga, Mendapatkan Harapan

[Artikel 6#, kategori Keuangan] Saat sedang akan berjalan dalam kegelapan, mendadak saja harapan itu datang. Seperti cahaya lampu kota yang menerani, bulan ini saya memiliki harapan. Apakah keberuntungan saya masih menaungi? Saya sangat bersyukur sekali.

Setelah bulan September ada pertolongan dari orang baik, bulan Oktober saya kedatangan beberapa acara atau event. Puja dan puji untuk itu karena kembali terselamatkan ketika kenyataan masih tidak sesuai harapan.

Ya, ini memasuki bulan ketiga bagaimana saya menjalani perekonomian yang sulit karena putusnya rejeki yang selama ini saya andalkan. 

Harapan

Saya memikirkannya sepanjang tahun tentang beberapa pihak yang dulu sering mengajak kerja sama, terutama liputan acara. Seperti perusahaan operator telekomunikasi hingga pengembang atau developer perumahan. Pihak-pihak tersebut adalah salah satu sumber penghasilan yang bisa memberi nafas lega.

Namun entah kenapa pihak-pihak ini seakan raib ditelan bumi. Alhasil, penghasilan yang diharapkan menjadi kekeringan yang ditambah pukulan telak bahwa orang rumah sudah tidak seperti dulu mengirimkan uang untuk membayar tagihan bulanan.

Sial, saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa karna ini murni kekurangan saya dalam melihat masa depan yang begitu terlena dengan dotsemarang.

Tapi begitulah hidup. Saat sekarat dan bersiap memasuki kegelapan, kita tertolong oleh keberuntungan yang tak pernah bisa ditebak. Mendadak saja saya dihubungi oleh pihak-pihak yang saya pikirkan tersebut, entah itu developer perumahan atau operator telekomunikasi.

Seperti sehabis berbuka puasa, ada perasaan lega dan bahagia. Apakah ini yang dikatakan orang untuk tetap hidup seperti air mengalir. Biarkan itu terombang-ambing, namun tetaplah tegar dan bertahan.

Karena hidup selalu ada garis akhir. Dan garis akhir saya masih panjang untuk menyerah meski semesta tidak mendukung.

...

Sejenak biarkan saya mengambil nafas dalam-dalam. Menghembuskannya dan menarik kembali. Ketika pikiran sudah agak tenang, dengarkan isi pikiran terdalam.

Jangan terlalu senang dulu, bulan depan belum tentu mendapatkannya kembali (harapan). Teruslah bekerja keras dan biarkan waktu yang menjawab. Tak perlu ditunggu atau dinanti, ikuti arusnya saja.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh