Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pulang Siang Kepanasan, Pulang Malam Kehujanan

[Artikel 121#, kategori aktivitas] Tidak menyangka awal bulan sudah disibukkan dengan berbagai kegiatan. Senang sih, apalagi bisa menghadiri acara konferensi GIIAS Semarang tahun 2024. Plus, malamnya lanjut bermain futsal. Namun kebahagiaan itu harus diikuti tantangannya juga.

Tanggal 1 Oktober jatuh pada hari Selasa. Acara yang dinanti-nanti akhirnya tiba juga. Ya, konferensi pers GIIAS yang saya ikuti tiap tahun. Sudah 3 kalinya gelaran ini berlangsung di Ibu Kota Jawa Tengah dan tahun 2024 jadi seri penutup setelah digelar di 3 kota sebelumnya.

Pulang kepanasan

Informasi yang dibagikan selama konferensi GIIAS sudah sebagian saya bagikan di blog dotsemarang. Bisa dilihat nanti di bawah link-nya. Tempat baru dan kapasitas yang lebih besar intinya.

Selesai acara konferensi GIIAS, saya yang sejak awal bersepeda ke tempat acara, saya kembali menggenjot sepeda. Saya jadi ingat acaranya BINUS bulan Agustus kemarin. Pulang siang-siang seperti sudah hal biasa saja.

Orang-orang pasti memahami yang mengerti tentang Kota Semarang. Betapa panasnya siang hari. Ditambah hanya dengan menggenjot sepeda dan lengan tangan tanpa pelindung apapun. Rasanya ingin buru-buru berada di kamar dan lalu minum air yang segar-segar.

Pulang kehujanan

Hanya beberapa jam, saya sudah harus pergi lagi dari rumah. Saya sedang menuju lapangan futsal. Ini perdana bulan Oktober, aktivitas ini juga saya nantikan. Aura hari Selasa selalu lebih menarik ketimbang hari Senin maupun Kamis.

Entah kenapa malam ini saya merasa sudah bermain baik dan bekerja keras, tapi yang lain seakan menjadi penontonnya saja. Padahal kami berada dalam satu tim. Saya sempat tersinggung oleh ucapan rekan sendiri karna agak keras berkata-kata.

Gimana tidak kesal. Saya menerjang sana-sini, eh gawang tetap kebobolan. Bukannya usaha menutup lawan, malah lawan dengan mudah menceploskan bola ke gawang yang saya jaga.

Seketika menjelang waktu sewa selesai, hujan mengguyur di luar lapangan. Perasaan saya yang masih mendidih dan lelah usai seharian kegiatan, memaksa saya harus pulang cepat-cepat usai bermain.

Tak masalah, toh ada jas hujan saya pikir. Akhirnya saya meninggalkan rekan-rekan yang seperti biasa masih nongkrong sebentar usai bermain. Hujan kali ini begitu deras. Wajah saya yang tidak tertutupi jas hujan seperti terkena peluru bertubi-tubi.

Ditambah suara menggelegar di langit-langit yang membuat saya berkali-kali berdoa agar tidak kenapa-kenapa. Saya tidak ingin masuk berita dengan cerita yang konyol karena tersambar petir usai pulang bermain.

Akhirnya tiba juga di rumah. Tantangan awal bulan sungguh luar biasa kali ini. Orang yang sangat malas keluar rumah, sekarang harus berhadapan dengan realita bahwa dunia luar memang tidak ramah.

Sehat-sehat ya badan. Jangan mudah sakit karena hutang tiap awal bulan harus dibayar.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat