Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo, Oktober 2024

[Artikel 141#, kategori catatan] Saya tidak menyangka mendapat pukulan telak bukan tentang bertahan dari kerasnya kehidupan. Melainkan dari sisi dalamnya atau sekitar yang mengelilingi saya. Ini memang bukan sesuatu yang baru, tapi kali ini benar-benar membuat saya babak belur dan merasa akan menyerah saja.

Halo, Oktober. Awal bulan jatuh pada hari Selasa. Hari ini adalah hari yang saya tunggu karena ada acara yang akan saya datangin. Saya harap nanti bisa banyak membawa manfaat. Terlebih lagi, ini event nasional.

Rencana jual laptop lagi

Saya pikir akan selalu hidup tenang dan nyaman semenjak memasuki usia 30-an. Kata sepi dan kemewahan yang saya idamkan akhir-akhir ini entah kenapa jadi terganggu. Saya tidak menduga bahwa segalanya tampak berubah.

Pikiran saya terus menyuruh saya untuk kembali menjual laptop yang dimiliki. Padahal saya berkeyakinan tidak akan menjualnya lagi. Itu terus mendorong saya, namun saya berharap tidak melakukannya.

Apakah keberuntungan sudah habis?

Orang-orang tidak melihat betapa kerasnya saya mempertahankan dotsemarang. Bagaimana saya jungkir balik menjaganya dan disiksa masa lalu tiap melihat ke belakang bagaimana dotsemarang dulu berkembang.

Saat menjaga kewarasan dan berjuang, suara-suara orang yang ingin membantu saya seperti tusukan pedang yang menghujam isi perut. Yang menderita saya, mereka tidak. Atau jangan-jangan mereka mengharapkan saya jatuh?

Setelah sumber keuangan yang biasanya saya dapatkan terkendala, saya merasa bahwa keberuntungan yang selama ini menaungi semakin hilang. 

Saya semakin egois pada diri sendiri dan keras kepala. Saran untuk mengganti pekerjaan semakin massif. Lagian mana mau saya melepas begitu saja apa yang saya pertahankan selama ini.

Rejeki akhir tahun

Sebenarnya keuntungan orang yang masih single adalah ekonominya aman meski sulit terisi penuh. Tidak ada beban, keinginan besar dan jika bisa disimpan.

Saya mengharap demikian, apalagi tinggal hitungan bulan sebelum menutup akhir tahun. Semoga saja, sisa-sisa keberuntungan masih ada dan membuat rejeki saya terus mengalir.

Uang memang bukan segalanya. Tapi dengan uang, saya dapat menyelesaikan berbagai masalah dan bahkan menolong siapa saja. Mungkin saya bisa lebih percaya diri jika punya uang sebelum melamar gadis impian.

Oktober, saya harap rejeki saya terus mengalir!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat