Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Terima Kasih Pak Jokowi

Minggu, tanggal 20 Oktober 2024. Langit di Kota Semarang yang biasanya panas, mendadak adem. Bahkan, turun hujan. Apakah itu sebuah pertanda? Bahagia atau rasa sedih? Hari ini sebuah perjalanan seorang pemimpin akhirnya terhenti, dan akan berganti dengan yang baru. Saya harap perubahannya menuju arah yang lebih baik.

Tidak menyangka hari itu tiba, Senin malam (14/11/16), di mana seorang seperti saya bisa bertemu pertama kalinya dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Apalagi momennya dibuat spesial dengan mengumpulkan para influencer dan pembuat konten dalam satu tempat untuk sekedar foto bersama.

Tentu, gestur pria bertubuh tinggi 1,75 m tersebut tidak sekedar datang menyapa. Kami berdiskusi singkat. Saya sungguh senang hari itu. Wajah-wajah familiar juga hadir di sana. Entah apakah momen ini akan juga terjadi pada pemimpin yang baru nanti?

Terima kasih Pak Jokowi

Meski saat itu hanya pertemuan singkat, pengalaman itu terus membekas dan abadi dibalik tulisan yang saya simpan hingga sekarang. Kini, perjalanan beliau harus berakhir dan kembali menjadi sosok manusia biasa seperti kami.

Perasaan yang terasa nyaman melihat mulusnya pergantian tapuk kepimpinan dari Presiden Jokowi ke Presiden Prabowo. Dan hujan seketika turun menyambut mereka di sini (sekitar Semarang). Layar kecil yang saya pandangi menjadi momen bersejarah yang kelak akan diingat.

Kali ini saya meyakini pada diri sendiri 'untuk tak apa memakai internet untuk menonton siaran langsung pergantian Presiden dengan acara sumpah jabatan'. Kuota bisa dibeli, momen berharga hanya sekali seumur hidup. Yah, meski bisa diputar berulang kali (YouTube).

Instagram @jokowi

Terima kasih Pak Jokowi untuk dedikasinya memimpin negeri. Sehat selalu buat Bapak dan keluarga. Semoga masih terus berkontribusi meski hanya dibalik layar. Kami penduduk Indonesia, sangat mencintaimu, Pak!

Tahun 2016

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat