Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Bersaing Dengan Blogger Luar


Kemarin saya nonton pak Jokowi di Youtube, diantara video yang saya tonton, ada satu momen yang membuat saya ingin menuliskannya di blog pribadi saya. Sesuai judul, bersaing dengan blogger luar.

Dunia blogging tanah air sangat ramai. Sampai-sampai tiap pekan, timeline saya diramaikan dengan acara blogging. Mulai dari event yang dibuat brand maupun yang dibuat sendiri. Seru sih. Tapi kadang sedih juga ngeliat Semarang tidak ada acara.

Cari lawan

Teman-teman blogger di facebook pada ngebully salah satu event yang gagal mendapat antusias. Karena pemenangnya, menurut sebagian besar yang berkomentar, nggak pantes. Isi postingan hingga isi blognya tidak sesuai harapan. Dan anehnya, tiba-tiba ada blogger yang promo lomba blog dari brand lainnya. Yah, itu hak mereka.

Begitu besar antusias para blogger ini tentu hal positif (bila Anda mikirnya positif). Saya sendiri mengakui keberadaan mereka tidak lagi angin-anginan seperti dulu.

Tinggalkan keriuhan timeline saya dan fokus pada yang ingin saya bahas di sini. Blogger luar? Saya memikirkan beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia, Singapore, Brunei hingga lainnya.

Merekalah sebenarnya yang harus diikuti dan disaingi. Dilawan dalam artian positif dan tentu belajar seperti apa mereka melakukan aktivitas blogging.

Memang sering terdengar dari pemberitaan kalau banyak blogger bermasalah dengan hukum. Terutama mereka yang dianggap melawan negaranya. Meski itu tidak benar, kadang kalau di Indonesia, semua itu pasti berhubungan dengan kebebasan berpendapat.

Setidaknya kebebasan berpendapat tidak melanggar aturan khususnya kode etik jurnalis yang pernah diajarkan kepada saya. Karena itulah, blogger di Indonesia bisa dihitung yang terkena masalah. Meski ada.

Saingi mereka

Saya menyadari tentang arti kata saingan. Tapi beberapa tahun terakhir, saya malah menyaingi blogger-blogger kota sendiri dan nasional. Bukannya saat ini sudah era masyarakat ekonomi Asean. Lebih luas cakupannya. Mengapa harus bersaing dengan teman sendiri?

Saingan kita adalah blogger-blogger yang datang ke Indonesia dengan tujuan mengenalkan pariwisata negeri kita. Blogger-blogger ini diundang untuk sebuah tujuan promosi wisata. Mengapa mereka bisa datang, itu yang harus kita cari.

Apakah mereka terkenal? Apakah postingan mereka bagus, peringkat googlenya tinggi, kontennya wisata atau travel? Dan masih banyak lagi.

Bagaimana dengan blogger dari Indonesia? Pernahkah diundang ke luar? Jawabnya pernah, karena saya pernah berbincang dengan travel blogger, beberapa blogger sering katanya. Hanya saja momen promosi wisata di Indonesia membuat blogger luar lebih terdengar.

Saya aja kemarin kalang kabut ketika kota yang saya tinggali sekarang mengundang travel blogger dari luar kota. Lah, saya sendiri aja nggak pernah diundang kota sendiri, kok bisa. Saya pikir melupakan ini sudah seharusnya untuk membuat peta persaingan saya lebih luas.

Mulai dari mana?

Saat menulis ini, jujur saya belum tahu juga akan mulai dari mana? Sempat searching di google tentang blogger Malaysia, hasilnya lumayan. Tapi belum saya pelajari.

Saingan dengan mereka sepertinya lebih mengasyikkan ketimbang saingan dengan blogger di negeri sendiri. Apa yang mau dilawan saat saingan dengan emak-emak yang punya keluarga sedangkan saya sendiri masih single. Bila menang pun, saya hanya puas buat diri sendiri. Berbeda dengan mereka.

Mungkin dari sini akan saya mulai. Bagaimana jalannya dan strateginya, ikuti saja alurnya dulu. Tentang platform saya yang gratisan, sementara biarlah. Toh, masih aman untuk sekarang.

...

Inspirasi datang tiba-tiba dan entah dari mana saja. Postingan ini terinspirasi dari video yang saya tonton seperti yang saya ceritakan di atas. Masyarakat kita ini, sangat semangat ketika sudah kena pepet. Mungkin saat blogger-blogger luar datang ke Indonesia, kita baru sadar bahwa nasib kita terabaikan.

Jatuh dari persaingan, tidak dipedulikan dan masih saja menebar kebencian dengan teman-teman sendiri yang ada di negeri tercinta. Lalu...*tengggggg..... mulai dari mana ya?

Artikel Terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun