Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Minder Mendekati Wanita


Di usia saya sekarang (29 tahun), saya menyadari tentang perasaan saya yang tidak seperti dulu. Ada batasan yang mengatakan dengan sendirinya bahwa kita tidak pantas dengannya. Batasan yang sebenarnya dapat dirobohkan tapi diri sendiri yang tidak berani melakukannya.

Menjadi pria dengan usia 29 tahun tanpa kejelasan pekerjaan dan gelar-gelar pendidikan itu tidak menyenangkan saat dihadapkan dengan perasaan. Terutama wanita. Andai saja saya berasal dari keluarga kaya, saya tidak akan mengalami rasa minder begini.

Saat 25 tahun

Saya menikmati menjadi laki-laki yang ingin tampil sempurna saat usia menginjak 20-25 tahun. Umur-umur segitu, menaklukkan wanita sangatlah mudah. Saya tidak berpikir kemana uang saya pergi. Menjadi lebih unggul dari teman-teman lain adalah soal kepercayaan diri saja.

Waktu itu pokoknya senang-senang dan tidak mikir bagaimana tanggung jawab harus dikerjakan secara tuntas. Masa keemasan laki-laki setelah melewati masa remaja. Belajar mandiri dan ingin dilihat berani.

Usia 29 tahun

Saya beruntung sebenarnya bisa tinggal di rumah keluarga (Semarang). Yang saya fokuskan sekarang hanyalah bagaimana meneruskan apa yang saya mulai dan menyelesaikannya. Memang agak sulit dan menuntut sebuah nilai, tapi untunglah menjadi pria yang jauh dari keluarga utama, tekanan tidak begitu besar seperti pria lainnya.

Saya yakin, saat pria-pria menginjak usia 28-29 yang tinggal di kota asalnya, tuntutan dari keluarga dan lingkungan sangat besar. Jadi tidak heran ketika banyak teman saya sudah menikah dan memposting foto-foto anak mereka sekarang.

Lalu, bagaimana dengan saya? Di awal saya sudah menyebutkan nasib saya yang kurang baik dari sisi pekerjaan yang tidak punya penghasilan tetap atau gelar-gelar yang didapat dari lingkungan pendidikan.

Pikiran saya menjadi negatif saat mendekati wanita yang sudah bekerja atau mahasiswa yang sebentar lagi lulus. Saya belum punya rumah, pekerjaan tetap, dan kendaraan.

Bagaimana mengajak mereka kencan saat saya hanya bermodal sepeda dan pendapatan minim. Bisa sekali saja mengajak mereka jalan itu sudah luar biasa. Lalu selesai kencan, saya lupa bagaimana uang didompet sudah habis hanya untuk jalan tadi.

Mending mereka merespon dan berterima kasih karena kencan yang sudah dijalani. Yang terjadi, mereka masih menunggu sinyal bahwa pria seperti saya haruslah mengejar mereka dengan berdarah-darah (negatif).

Wanita masih sama

Meski sudah tahun 2016 dan tiap tahun diperingati hari Kartini, tetap saja wanita masih sama. Padahal banyak film yang mengisahkan hubungan pria dan wanita. Si wanita mengambil inisiatif mengejar pria. Sayang itu hanya film dan prianya memang anak orang kaya, jadi ceritanya pasti bahagia.

Bagaimana dengan tipe seperti saya yang keduluan punya rasa minder. Saya mau jemput wanita butuh kendaraan. Saya ngajak nonton butuh tiket dan seterusnya.

Sebenarnya saya termasuk royal untuk ini, tapi setelah melakukannya tanpa ada respon, saya pikir itu bukan jodoh saya. Atau mereka sedang menunggu saya berkorban terus menerus.

...

Postingan ini bukan memberi tips buat para pria untuk menjadi seperti saya. Atau membuat wanita merasa kasihan kepada saya. Ini hanya sebuah cerita yang ingin saya ceritakan bagaimana pria seusia saya mengalami pengalaman hidup yang luar biasa. Dan postingan lainnya saya taruh di halaman ini.

Bayangin nasib saya, padahal baru berhadapan dengan wanitanya, belum calon mertuanya. Apakah cinta itu serumit ini? atau karena saya saja masih berharap wanita di dunia ada 1 diantara ribuan wanita yang berani tampil beda.

Saya pernah mendapatkan seorang wanita seperti itu. Selalu indah untuk dikenal dan bukan berarti saya tidak move on. Hanya saja itu sebuah contoh menarik yang pernah terjadi dalam hidup saya.

Menutup postingan ini, coba cek pasangan lain yang bahagia diusia sebelum 29 tahun. Mereka bisa kok, mereka menjalani dan mereka melakukannya. Jadi, saya diibaratkan 1 banding 10 pria yang tidak beruntung saja.

Artikel terkait :

Komentar

  1. Kenapa harus minder? Kalau memang belum memiliki pekerjaan tetap, kenapa nggak usaha mencari? Terus untuk perihal wanita. Mungkin anda terlalu sempit berpikir soal wanita. Nggak semua wanita mau kencan, dijemput dan nonton. Banyak banget cara supaya anda menarik di depan wanita. kalau anda mengira urusan berpasangan hanya soal kencan dan materi itu salah banget. Tetep positif, semoga didekatkan dengan jodoh anda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih komentarnya.

      Memang benar tidak semua wanita.
      Ini hanya curhat dan mengklipingkan cerita hidup, jadi jangan terlalu serius menanggapi :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh