Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Rumah Adalah Tempat Paling Dipercaya Anak


Ketika rumah sudah tidak nyaman lagi, ada perasaan enggan untuk pulang. Tentu ini jadi masalah bagi orang tua yang sangat mencintai anak mereka. Lalu, siapa yang salah?

Tahun 2007 adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Semarang. Tidak terpikir bahwa akan bertahan lebih lama di kota yang terkenal dengan Tugu Mudanya ini. Perasaan kangen rumah saat ini tidak sebesar saat-saat diawal datang. 

Kutipan film

Postingan ini terinspirasi dari sebuah film, saya lupa judulnya apa? Antara film drama Korea atau movie, benar-benar hilang dari pikiran. Mungkin alasan langsung mencatat sebuah ide datang adalah agar tidak terjadi kejadian seperti ini - hilang.

Meski begitu, saya masih sangat ingat. Ini dikarenakan hal penting yang diucapkan pemerannya waktu itu sempat saya catat kalimatnya, tapi bukan judulnya. Waktu itu pemerannya sekarat kalau nggak salah.

Kejadian nyata

Keluarga saya sebenarnya baik-baik saja sebelum memutuskan pindah rumah. Karena uangnya ingin digunakan untuk yang lain, kebiasaan pindah rumah seolah menjadi kebiasaan. Sejak itu, saya sudah tidak kerasan.

Pengaruh lingkungan juga memberi efek meski saya orangnya mudah bergaul. Jadi saat sekolah - SMA dulu, mau tidak mau setelah pindah, saya harus menempuh jarak yang lumayan jauh daripada biasanya.

Anak rumahan

Bagi saya, rumah adalah tempat paling nyaman menghabiskan waktu. Saat diajak keluar sama keluarga di Semarang, saya memutuskan tinggal. Bahkan, beberapa hari lebaran, saya memutuskan tinggal sendirian di Semarang. Semuanya pada pulang ke Samarinda.

Ya, alasannya saya menyukai rumah yang ada di Semarang karena nyaman. Tidak ada gangguan, bisa jungkir balik tanpa ada yang marah, dan tanpa ada sorotan dari orang-orang. Aneh, bukan.

Apa yang ingin disampaikan?

Keluarga saya memang paling baik, termasuk kedua orang tua kandung saya. Tapi, suatu hari saat kelak menjadi orang tua juga, saya ingin membuat rumah saya terasa sangat nyaman sekali.

Agar, saat anak-anak saya keluar rumah, mereka akan kembali karena merindukan suasananya, kehangatannya dan orang-orang yang menempatinya. Memang itu harus diciptakan dengan uang, semisal tidak, apakah kehangatan masih bisa digunakan sebagai alasan.

Saya berharap kepada orang tua yang memiliki anak, ciptakan rumah dengan rasa nyaman yang membuat mereka ingin sekali pulang. Bagi mereka, rumah adalah tempat paling mereka percaya. Saat mereka sudah tidak percaya, mereka tidak akan mau pulang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun