Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Metode Brainwriting yang Gagal Dieksekusi


Bulan April lalu, saya mengenalkan dan mencoba metode brainwriting saat acara kopi darat bareng teman-teman blogger. Saya pikir ini akan mudah dan berjalan lancar saat dituangkan dalam postingan blog. Ternyata tidak sesuai harapan saya.

Entahlah, saya bingung juga mengapa ini juga gagal. Padahal ide-idenya yang dituangkan lewat kertas yang sudah ditulis tinggal dikembangkan saja dalam sebuah postingan di blog pribadi.

Saya pikir alasannya lebih karena kebanyakan ditunda. Menunda ide untuk dikeluarkan itu memang fatal jadinya. Ide tersebut lari begitu saja dan kadang mood mempengaruhi mr.ide pergi lebih jauh.

Meminta mereka memberi tanpa disuruh kadang juga tidak enak. Menagih kok seperti tukang tagih asuransi, sama-sama nggak enak. Pada akhirnya saya menyerah dengan mereka. Metode yang sebenarnya saya ingin praktekkan kembali, sepertinya tidak mungkin lagi.

...

Kodrat manusia memang tidak dapat dipaksakan, dan dimengerti. Dipaksain pasti mereka pergi, dimengerti malah lebih parah. Inginnya benar, disinggung dikit malah tanpa pamit.

Mari minum kopi lagi, biar terasa plong pikiran karena kebanyakan mikirin orang lain.

Artikel terkait :

Komentar

  1. Setiap orang memiliki karakter masing-masing dalam menulis blog. Meski di awal udah nulis topik yang mau dibahas, aku yakin mereka masih setengah hati untuk menulis topik itu. Atau mungkin tema topik yang tidak sesuai dengan karakter mereka. Beda lagi, ketika mereka dituntut untuk menulis topik yang memang seharusnya ditulis, maybe jadi pekerjaan mereka. Aku yakin itu akan ditulis meski kadang udah lelah nulis saking panjangnya, dan diatur-atur topik + keyword.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh