Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Metode Brainwriting yang Gagal Dieksekusi


Bulan April lalu, saya mengenalkan dan mencoba metode brainwriting saat acara kopi darat bareng teman-teman blogger. Saya pikir ini akan mudah dan berjalan lancar saat dituangkan dalam postingan blog. Ternyata tidak sesuai harapan saya.

Entahlah, saya bingung juga mengapa ini juga gagal. Padahal ide-idenya yang dituangkan lewat kertas yang sudah ditulis tinggal dikembangkan saja dalam sebuah postingan di blog pribadi.

Saya pikir alasannya lebih karena kebanyakan ditunda. Menunda ide untuk dikeluarkan itu memang fatal jadinya. Ide tersebut lari begitu saja dan kadang mood mempengaruhi mr.ide pergi lebih jauh.

Meminta mereka memberi tanpa disuruh kadang juga tidak enak. Menagih kok seperti tukang tagih asuransi, sama-sama nggak enak. Pada akhirnya saya menyerah dengan mereka. Metode yang sebenarnya saya ingin praktekkan kembali, sepertinya tidak mungkin lagi.

...

Kodrat manusia memang tidak dapat dipaksakan, dan dimengerti. Dipaksain pasti mereka pergi, dimengerti malah lebih parah. Inginnya benar, disinggung dikit malah tanpa pamit.

Mari minum kopi lagi, biar terasa plong pikiran karena kebanyakan mikirin orang lain.

Artikel terkait :

Komentar

  1. Setiap orang memiliki karakter masing-masing dalam menulis blog. Meski di awal udah nulis topik yang mau dibahas, aku yakin mereka masih setengah hati untuk menulis topik itu. Atau mungkin tema topik yang tidak sesuai dengan karakter mereka. Beda lagi, ketika mereka dituntut untuk menulis topik yang memang seharusnya ditulis, maybe jadi pekerjaan mereka. Aku yakin itu akan ditulis meski kadang udah lelah nulis saking panjangnya, dan diatur-atur topik + keyword.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun