Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

GIIAS Semarang 2024: Leganya Masih Dipercaya

[Artikel 30#, kategori Dibalik Layar] Gambar di atas sudah saya unggah duluan di Instagram. Bagaimana perasaan saya yang begitu khawatir karna tahun ini penyelenggaraan GIIAS Semarang memiliki syarat yang lebih ketat. Maklum, dari syarat yang saya baca, kriteria dotsemarang tidak ada yang memenuhi. Alhamdulillah, saya bisa kembali berpartisipasi juga ternyata.

Beberapa minggu sebelum acara konferensi pers yang digelar awal bulan Oktober, penyelenggara mengirim formulir untuk media yang nantinya bila diterima, kami akan diberi id card agar masuk ke lokasi GIIAS Semarang 2024 lebih mudah.

Deg-degan 

Tanggal 1 Oktober, saya senang bisa hadir di acara Konferensi Pers GIIAS Semarang yang kali ini diadakan di tempat yang berbeda dari tahun sebelumnya, yaitu Aston Inn Pandanaran Hotel Semarang.

Undangan untuk acara ini biasanya adalah untuk awak media atau wartawan. Yang datang bukan kaleng-kaleng, maksudnya bukan hanya media lokal saja, melainkan media nasional.

Sebagai bloger yang berprofesi ganda menjadi personal media, saya tentu bangga karena dapat berpartisipasi. Memang hal begini bukan yang pertama, jadinya biasa saja.

Namun yang buat saya deg-degan adalah apakah formulir media yang sudah dikirimkan akan diterima. Biasanya usai acara konferensi pers, akan dibagikan id card kepada semua media yang hadir. Ah, sangat cemas.

Acara akhirnya selesai setelah sambutan-sambutan dan pertanyaan yang diberikan awak media. Ada satu pengumuman dari penyelenggara bahwa id card akan dibagikan pada tanggal 22 Oktober atau 1 hari sebelum acara. GIIAS Semarang tahun 2024 diselenggarakan tanggal 23-27 Oktober.

Yaelah, seketika deg-degan saya hilang. Tahu gitu, saya tidak begitu gusar selama kegiatan. Namun meski begitu, pengumuman apakah saya mendapatkan id card masih membuat saya gugup.

Lega akhirnya

Saya sadar dengan syarat yang kali ini lebih berat untuk blog dotsemarang. Andai tidak terpilih, yausudahlah. Saya punya alasan untuk diam di rumah saja karena jika tetap memaksakan datang, akan berat di ongkos. 

Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Pesan WhatsApp dengan nomor baru mengubah peruntungan. Intinya, saya disuruh ngambil id card GIIAS Semarang pada tanggal 22 Oktober di Muladi Dome Undip.

Ternyata strategi penyelenggara kali ini menarik. Mau tidak mau saya harus pergi ke lokasi baru pameran yang baru digunakan tahun ini. Saya tidak menyangka melewati hal ini karena beberapa pertanyaan yang sulit saya jawab terkait bagaimana media resmi untuk hadir.

Blog dotsemarang masih dipercaya tahun ini meski hanya menggunakan platform gratisan dari Blogspot. Dan menjadikan satu-satunya bloger yang berpartisipasi meski ada beberapa rekan yang dulunya adalah bloger juga. Eh, masih nggak ya sampai sekarang? Haha...

...

Tiga tahun penyelenggaraan GIIAS yang berlangsung di Kota Semarang, semua saya ikuti. Itu membanggakan dari sisi portofolio untuk blog dotsemarang.

Namun tujuan besarnya bukan itu. Kenapa saya berharap tinggi untuk acara ini karena Kota Semarang masih jadi tuan rumah untuk event berskala nasional ini. 

Dulu, mungkin kita akan iri dengan Kota Solo atau Yogyakarta karena kiblat event selalu memilih keduanya. Kota Semarang yang berstatus Ibu Kota benar-benar kurang menarik saat itu.

Dan sekarang, saya ingin ikut bangga bahwa Kota ini sudah membuktikan kapasitasnya sebagai Ibu Kota yang mampu menjadi tuan rumah seperti kota-kota besar Indonesia lainnya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh