Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Halo, Oktober 2022

[Artikel 109#, kategori catatan] Meskipun belum beranjak dari duka, bulan September tetaplah juara. Bahkan bila semua uang yang saya kumpulkan beberapa tahun terakhir menghilang, saya tetap bangga dengan keberuntungan yang saya dapatkan kemarin (tengah bulan September). Seolah, semua digantikan dengan yang lebih baik.

Halo, Oktober yang awal bulan jatuh pada hari Sabtu. Besoknya, rencana orang rumah pada datang bakal jadi tantangan tersendiri di bulan kesepuluh ini. Sangat sulit memprediksi waktu ketika rumah menjadi rame. Khususnya aktivitas di depan layar. 

Menang keberuntungan

Akhirnya saya pergi ke Jakarta lagi di bulan September. Bertemu rekan-rekan bloger sebagian penjuru kota dan tentunya, acara ASUS yang paling ditunggu.

Ada perasaan bahagia yang akhirnya menutup duka di bulan Agustus. Meski hanya sebentar, saya tidak menyangkal bahwa itu memberi semangat lebih.

Ditambah pulang dari Jakarta membawa laptop baru, sungguh keberuntungan yang tak pernah akan lagi bila saya pikir selama hidup nanti.

Tantangan bulan Oktober

Kepergian Almarhum Ibu, tidak membuat semua urusan keluarga jadi lebih baik. Entah kenapa, malah terasa semakin jadi menjadi. Dari soal uang hingga kebiasaan yang sulit diubah.

Saya yang berusaha menjauhi hutang, nyatanya malah terus dikuras oleh mereka. Padahal dari dulu sering saya bilang bahwa saya ini bukan pegawai, tidak ada gaji bulanan yang membuat rasa nyaman.

Menjadi bloger di dunia yang saya geluti, pendapatan saya seperti pekerjaan paruh waktu atau freelance. Kadang dapat, kadang nggak sama sekali. Sekali dapat harus menutupi pengeluaran besar. Sekarang, malah orang-orang (keluarga) yang sudah dianggap punya gaji bulanan mencari pinjaman ke saya. 

Selain itu, kedatangan pemilik rumah dan menantunya, memberi tekanan sendiri yang biasanya hanya berdiam diri di kamar dengan keheningan. Tidak masalah sebenarnya, hanya saja sepi yang terasa mewah, kini berganti dilema karena bakal sering merasa khawatir.

...

Saya sangat berharap kepada seseorang untuk membantu saya karena ia sudah punya penghasilan sendiri. Tapi dasarnya sekali melakukan kebiasaan buruk bakal terus menerus, rasanya sudah tidak berharap. Jadi saya hanya menandainya saja bahwa ia memiliki utang yang belum dibayar sampai kapanpun.

Selamat tinggal Sadtember, kenapa orang yang paling dekat yang menyakiti atau membuat khawatir saya. Bukannya saling menguatkan, malah saling menyakiti.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh