Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Ronaldo; Hanya Ingin Bermain Di Lapangan Saja

[Artikel 12#, kategori fantasista] Ketika Cristiano Ronaldo hanya manusia biasa, wajar ia merasa marah dan kesal hingga ngambek. Apalagi dia kembali ke klub dengan harapan tinggi, namun gagal memenuhi janji. Sebagai bintang, ia ingin terus membuktikan. Tapi, musim ini baginya tetap sulit. Gerak-geriknya seakan dianggap membangkang bukan sikap pantang menyerah.

Kamis dini hari (20/10), kemenangan MU atas Tottenham terasa hambar karena Ronaldo yang merebut perhatian. Sikapnya yang pergi sebelum pertandingan usai menjadi pemicunya. 

Orang-orang membicarakannya kemudian. Trending Twitter menandai nama Ronaldo diperingak atas dan media-media tidak mau ketinggalan menuliskannya, karena dipastikan ada trafik yang mendulang.

Dunia sepakat tidak menyukainya

Sikap Ronaldo dianggap tidak wajar, pembangkang, tidak hormat dan dianggap anak kecil yang suka merajuk. Seantero dunia seolah tidak menyukainya atau mungkin membully-nya.

Yang mengerikan saat membaca komentar di akun Twitter dengan jumlah followers banyak adalah orang-orang yang dulunya mendewakannya mendadak berubah haluan dan tidak hormat.

Saya mengerti perasaan itu bila melihat sikap Ronaldo. Tapi, orang-orang yang dulu memuja namanya kenapa jadi ikutan tidak menyukainya.

Padahal bila melihat ke belakang, harapan begitu besar yang diberikan kepada Ronaldo untuk kembali menaikkan pamor klub adalah beban. 

Bahkan, musim lalu ia juga dianggap gagal. Keinginannya pergi pun adalah jalan satu-satunya saat itu. Namun pihak klub melarangnya. 

Kini, ketika ia ingin berusaha membantu klub, ia malah terhadang dengan keinginannya sendiri. Pelatih tidak mampu memberikan keinginannya. Janji manisnya yang ditawarkan karena tidak pergi malah mengkhianati harapan tinggi Ronaldo yang mulai bangkit.

Yang terjadi, kala pundak itu semakin berat, ia hanya ingin lari dan pergi karena harapannya dijatuhkan oleh pelatihnya sendiri.

Sikapnya yang dianggap pemain besar seolah tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apapun. Ronaldo harus menghormati pemain yang bahu membahu membela klub.

Orang-orang seperti lupa, apa yang sudah dilakukan Ronaldo sebelum pindah ke Real Madrid. Seakan itu tidak ada artinya bagi orang-orang yang mencintai klub dan dirinya. 

Berbeda dengan pemain yang belum sama sekali berkontribusi apapun kepada klub, meskipun punya nama besar. Ini Ronaldo, bintang MU kala dilatih Alex Ferguson. Ia sudah bekerja keras membantu klub dengan raihan trofi. 

Karma buat Erik

Sikap Ronaldo yang hanya ingin bermain di lapangan saja agar bisa berkontribusi dan mengembalikan rasa percaya dirinya haruslah diberi perhatian oleh pelatih.

MU bukan klub kecil. Mereka punya beberapa staf di sana, seperti psikologi, kebugaran dan rekomendasi. Klub harus membantunya bukan malah mendukung pelatih yang belum memberi trofi apapun.

Pelatih yang tidak bisa menangi pemain besar bukanlah pelatih yang dewasa. Saya jadi ingat bagaimana seorang Mourinho atau Zidane yang mampu menjinakkan pemain besar. Erik rasanya belum sampai di situ.

Erik akan terkena karmanya sendiri bila MU juga masih gagal nantinya bila masih keras kepala dan tidak bisa menjinakkan seorang pemain besar. 

Dia hebat, tapi sebatas pemain biasa untuk dijadikan pemain besar. Sedangkan menjadikan pemain besar menjadi pemain biasa, rasanya akan terus sulit.

Mumpung ada Ronaldo, harusnya ia belajar mengaturnya. Jika ia sukses bersama Ronaldo, niscaya MU saat kedatangan pemain besar lagi tidak akan jadi masalah.

...

Duduk di bangku cadangan untuk pemain besar memang tidak mengenakkan. Ia butuh menit bermain dan mengembalikan rasa percaya dirinya. Sebagai fans Ronaldo, saya hanya bisa mendukung apa yang harus dilakukannya saja. 

Jika dia harus pergi di bulan Januari, yah sudah memang takdinya keluar dari bayang-bayang harapan tinggi mantan klubnya. Dan Erik, bersiap untuk gagal.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun