Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Ketika Buah Mangga Tidak Dipetik

[Artikel 11#, kategori buah] Bulan Oktober ini, pohon buah mangga dan jambu kompak berbuah. Seperti sedang di surga, menikmati hidup hanya dengan memetik saja. Untuk jambu, rasanya belum berhenti berbuah sejak bulan Agustus. Sedangkan mangga dari bulan September. Namun saat ditegur security rumah, saya baru sadar terlalu mengambaikannya.

Bila buah jambu sudah menjadi pemandangan biasa yang akhirnya menjadi sampah di jalan-jalan, kali ini ada buah mangga yang ikut jadi sampah. Berserakan dan pecah, sehingga menarik perhatian para serangga.

Saya terus mengabaikannya karena masih terlihat hijau buahnya. Ternyata hari demi hari, buahnya terus bertambah dan beberapa malah jatuh ke tanah. 

Yang menjadi perhatian adalah beberapa buah yang sudah separuh karena dimakan binatang. Kelelawar? Atau burung? Entahlah. Jadi pemandangan tidak mengenakkan saat terlihat busuk saat melintas di bawah pohonnya.

Dipetik juga

Pak security menyapa saya dan menganjurkan untuk memetik seluruh buahnya. Selain karena disayangkan, apalagi mangga manalagi, buah yang tidak dipetik akan dimakan binatang dan bertebaran di tanah.

Yasudah, saya tidak ingin mengabaikan nasehat tersebut. Terkadang, saya berpikir bahwa surga itu yang terlihat indah, gimana cara membersihkannya.

Maksudnya, saat punya pohon jambu dan mangga yang tinggal petik dengan rasanya yang manis, pasti ada sisi buruknya. Nah, saya merasakan sisinya tersebut.

Tiap pagi harus bersihkan daun-daun dan juga buahnya yang ada di tanah. Rasanya juga tidak akan pernah selesai membersihkannya. Pasti ada jatuh lagi, kalau nggak daun ya buahnya.

Itu membuatnya jadi terlihat sampah yang mengganggu. Saya selalu menganggap pagi hari adalah olahraga yang menyenangkan. Penuh peluh keringat dan pegal karena harus setiap saat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya